• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 5 Mei 2024

Nasional

Harmoni dan Toleransi Warga KBR Kabupaten Bogor

Harmoni dan Toleransi Warga KBR Kabupaten Bogor
Kegiatan warga terkait pembangunan masjid di KBR, Selasa, (19/12/2023) malam. (Foto: NUOB/Singgih Aji Purnomo)
Kegiatan warga terkait pembangunan masjid di KBR, Selasa, (19/12/2023) malam. (Foto: NUOB/Singgih Aji Purnomo)

Bogor, NU Online Banten

Malam itu, dalam situasi pencahayaan yang kurang, puluhan warga Muslim antusias ikut selamatan pembangunan Masjid Jami Kanzul Barakah yang terletak di Perumahan Kemang Bogor Regency (KBR), Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sekitar 50 orang hadir. Dari beragam usia. Mulai anak-anak, dewasa, hingga lanjut usia atau lansia.



’’Sejak awal pembangunan, peletakan batu pertama, panitia belum sempat selamatan. Mungkin karena terlalu gembira ketika itu. Malam ini kami gelar selamatan sebagai rasa syukur kami kepada Allah. Juga berharap, pembangunan berjalan lancar dan sesuai dengan yang direncanakan. Kami juga berharap, keberadaan masjid ini nanti makin menambah ketakwaan kepada Allah dan menguatkan kerukunan, keakraban, dan silaturahim. Baik sesama warga Muslim maupun nonmuslim dengan saling toleransi dan menghormati,’’ ujar Dede Rosyadi, ketua pembangunan masjid, Selasa (19/12/2023).

 


Nah, ada yang menarik terkait peran bagian keamanan lingkungan yang ikut berkontribusi, terlibat dalam pembangunan masjid. Tim yang dikelola oleh Paguyuban KBR itu saat ini dikoordinatori Yohanes Saputra Peku Koten. Dia nonmuslim. Tapi, itu tak menghalanginya untuk berbaur. ’’Kondisi suatu wilayah yang aman dan harmonis merupakan impian banyak orang. Kami berharap sistem keamanan ke depan bisa terus lebih baik. Tak hanya itu, sejahtera personel security-nya dan masyarakat bahu membahu untuk menjaga lingkungan dan keamanan di lingkungan KBR,’’ kata pria kelahiran 1991 itu kepada NU Online Banten, Rabu (20/12/2023) malam.

 

Warga di KBR memang benar-benar multicultural, multireligion, bersatu, saling menghargai, dan memberikan support. Jo--panggilan akrab Yohanes--misalnya. Meski beda agama, rasa kebersamaannya sebagai sesama warga dan manusia sangat tinggi. Apalagi saat ini sedang dilakukan membangun masjid. Sebagai umat beragama, dia merasa bertanggung jawab membantu agar warga Muslim bisa nyaman dalam beribadah. ’’Seperti shalat dan kegiatan lainnya di masjid,’’ jelas pria satu anak itu yang kesehariannya beraktivitas di bidang teknologi informasi itu.

 

Meski minoritas, Jo tak merasa canggung atau minder. ’’Tidak ada salahnya dan ini baik bilamana membantu manusia yang ingin beribadah kepada yang Maha Kuasa,’’ terang pria yang sedang menunggu kelahiran anak kedua itu.

 

Pria yang bekerja sebagai IT Solution itu yakin setiap agama mengajarkan kebaikan. Oleh karen itu, dia juga yakin di dalam Islam juga mengajarkan menghargai nonmuslim. ’’Jujur, saling menghargai dan cinta sesama manusia. Jangan sampai kita bermasyarakat membuat perpecahan hanya karena memasang status di WA, misalnya, yang menyinggung pihak lain,’’ tegas pria yang hobi bulu tangkis itu.



Menerima perbedaan merupakan anugerah yang mesti dijaga dalam hidup bermasyarakat dan bersosial. “Kami sangat baik bisa menjaga sesama ciptaan Tuhan. Apalagi sesama manusia yang diciptakan lebih sampurna, harus saling hormat menghormati, tidak memandang apapun suku dan agamanya,’’ ujar Ketua Paguyuban KBR Sunyoto kepada NU Online Banten, terpisah.

 

Pak De--sapaan akrab Sunyoto—menuturkan, sejak September 2023, Yohanes memulai tugas menjadi kordinator keamanan. Pada periode tugasnya, Yohanes memastikan perbaikan. Mulai presensi, kedisiplinan security, hingga menghadirkan CCTV. ’’Diperbantukan untuk mengawasi bahan bangunan rumah ibadah warga Muslim,’’ jelasnya.



Sedangkan Iis Sutini, warga KBR, turut bersyukur ada semua warga, termasuk nonmuslim peduli dan bahu-membahu menyukseskan jalannya pembangunan masjid di perumahan. "Hidup berdampingan, toleransi antarumat beragama membuat sebuah wilayah hidup rukun,’’ imbuh ibu dua anak itu.



Sikap ini terlihat dalam proses pembangunan masjid dan hubungan warga Muslim dan nonmuslim di perumahan. ’’Dan ini disebut sikap moderat (orang yang menjalani), prosesnya disebut moderasi, toleransi adalah hasilnya,’’ terang perempuan yang akrab disapa Ibu Iis itu.



Konsep moderasi beragama merupakan upaya mengembalikan pemahaman dan praktik beragama sesuai dengan esensinya, yakni menjaga harkat, martabat, dan peradaban manusia, bukan sebaliknya. ’’Agama tidak semestinya digunakan untuk hal-hal yang justru merusak peradaban. Sebab sejak diturunkan, agama sejatinya ditunjukkan untuk membangun peradaban itu sendiri. Hal ini telah tampak di perumahan KBR,’’ terangnya.



Adapun menurut Abdul Kholiq, warga setempat, umat beragama di KBR telah mengimplementasikan apa itu toleransi. Kegiatan pembangunan masjid yang sedang berlangsung di KBR membuat warga nonmuslim terpanggil, baik dari segi moralitas maupun terlibat aktif mengamankan. ’’Saudara kami Yohanes Saputra Peku Koten sebagai kordinator keamanan yang beragama Katolik secara nyata menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama,’’ imbuh Abdul Kholiq.



Dia yakin, Yohanes menjunjung tinggi nilai toleransi. Ini terlihat dari caranya bersosialisasi dengan sesama warga di KBR tanpa tebang pilih. ’’Dan proporsional dalam menilai mana yang baik dan buruk,’’ tambah Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Mansuia (Lakpesdam) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Selatan, itu.



Yohanes juga melakukan penjagaan hewan kurban dan alat-alat saat warga Muslim sedang melaksanakan Shalat Idul Adha lalu. Inilah salah satu wujud dari terbentuknya paguyuban di KBR. ’’Hidup rukun dalam bermasyarakat,’’ tuturnya.



Selain itu, Yohanes dalam proses pembangunan masjid sejauh ini turut mendiskusikan dan mengelola bagaimana sebaiknya warga memberi makan tukang atau pekerja pembangunan masjid. "Ini juga bagian dari nilai toleransi yang dipraktikan, meski di bloknya mayoritas warga muslim,’’ imbuh wakil ketua pembangunan masjid itu.


Ditambahkan, keragaman yang ada di Masyarakat, khususnya warga perumahan KBR, merupakan investasi penting dengan merawat dan menjalin hubungan baik sesama manusia. ’’Lebih jauh lagi, semua warga memang perlu memiliki kesadaran akan perbedaan dan pentingnya hidup berdampingan dengan harmonis,’’ pungkasnya. (Singgih Aji Purnomo)


Nasional Terbaru