Opini

Bukan Generasi Sebotol Minuman

Jumat, 15 November 2024 | 05:20 WIB

Bukan Generasi Sebotol Minuman

Ilustrasi menuangkan botol minuman. (Foto: Freepik)

LIRIK lagu bergenre dangdut lawas ‘gara-gara sebotol minuman,’ menjadi viral di media sosial TikTok hingga Instagram sebagai musik latar video. Cuplikan lagu tersebut, membuat saya harus menghela napas dalam-dalam. Kok bisa?

 


Perhatikan bait-baitnya,”Gara-gara sebotol minuman dia jalan sempoyongan, hobi anak muda sekarang, yang penting botol katanya.” Maksud dari botol dan minuman adalah minuman keras. Miris!!! Jika ‘tesis’ dari Safei Sroop sang pencipta lagu ini, benar. Maka, anak muda Indonesia telah masuk dalam fase emergensi ICU SOS (intensive care unit-save our souls). Sebuah tanda bahaya kode morse internasional yang berisikan sinyal darurart dalam situasi mengancam nyawa. Maka kita harus bergerak dengan spirit save their souls—selamatkan nyawa mereka.



Sebagai Generasi Salaf (baca generasi yang hidup lebih dahulu atau Generasi X, Y), kita harus menyelamatkan Generasi Khalaf (baca generasi muda sekarang, Generasi Z atau Alpha Generation). Penyelematan generasi sekarang (Gen Z) mutlak dilakukan oleh kita yang sudah terlebih dahulu menjalani pahit getir proses kehidupan. Dunia telah berubah. Kita tidak bisa tidak harus mengikuti perubahan positif itu. Generasi salaf harus menasihati Generasi Khalaf.



Potret moral dan etika Gen Z, dapat dilihat ketika kita kembali ke rumah, bergumul dengan anak-anak kita. Apakah anak kita menunjukkan tren perbaikan moral, apakah cucu-cucu kita berperilaku dan berkarakter baik. Tanggung jawab sebagai orang tua di zaman modern sangat kompleks multidimensional dan kita telah diberikan pandu sekaligus warning oleh Allah swt dalam Surat An-Nisa’ ayat ke-9, “Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).”



Gen Z telah hidup dalam serba kemudahan yang sangat instan. Disrupsi teknologi telah menciutkan sekat dan batas dunia, dalam satu genggaman tangan. Ketika lapar misalnya, Gen Z dapat dengan mudah bertransaksi melalui telepon pintarnya, untuk mengorder makanan, melalui aplikasi semisal Gofood, tak lama, makanan pun datang diantar oleh ojol (ojek online) dan makanan sampai di meja makan dan ready to eat—siap disantap.


Sungguh keinstanan yang luar biasa. Berbeda dari Generasi Salaf, ketika menginginkan makanan, harus menanak nasi dengan menghidupkan tungku, kemudian setelah melalui proses berjam-jam dan gobyos keringat, barulah makanan tersedia. Kedua generasi ini mengalami disparitas perubahan yang luar biasa. Tetapi perubahan tersebut adalah sunnatullah.



Kita harus menanamkan kepada Gen Z nilai-nilai kerja keras, tanggung jawab, kedisiplinan, keheroikan, cinta kepada orang tua dan ibu pertiwa serta nilai-nilai keagungan yang serumpun lainnya. Dalam dimensi ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus hadir dengan program-program penguatan karakter positif yang dibutuhkan demi keberlangsungan NKRI.



Generasi muda sekarang, harus keluar dari stereotipe bahwa mereka adalah generasi yang rapuh dan lembek, ibarat buah stroberi yang cantik tetapi mudah hancur dengan sedikit tekanan. Zaman modern saat ini, baik di dunia kerja maupun dunia percaturan global lainnya, membutuhkan kesiapan mental prima dan mumpuni karena dunia sedang mem-pressure, para penghuninya untuk berkompetisi. Ketika menang dalam kompetisi, tidak lantas congkak, adigang adigung adiguna dengan mengetengahkan sikap humble, kerendahan hati. Namun, ketika kalah dalam kompetisi, tidak lantas larut dalam kesedihan akut dan melampiaskan dengan minum minuman keras atau mengonsumsi narkoba agar dapat nge-fly dan tindakan kenegatifan lainnya.



Natijah-nya, Gen Z harus dapat mendekonstruksi arus negatif menjadi kepositifan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di saat dunia telah masuk pada pusaran Era Society 5.0. Sebuah masyarakat superpintar yang berepisentrum pada penyeimbangan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan dunia nyata.



Kemajuan teknologi digital misalnya, meniscayakan Gen Z harus peka terhadap perubahan penggunaan media dengan mengkreasikan konten-konten positif, berdaya guna dan berkemanfaatan bagi masyarakat. Terdapat banyak bidang yang dapat diisi slot-nya oleh Gen Z, semisal social media specialist, software developer dan programmer, video dan media professional, blogger ataupun menjadi penulis andal. Bahkan Gen Z dapat mengisi masa muda mereka dengan menjajal dunia kewirausahaan, entrepreneurship dengan memadukan kecanggihan teknologi pemasaran marketplace semisal Amazon, Alibaba, dan Ebay untuk menjual produk unggulannya guna kemandirian perekonomian, penciptaan lapangan pekerjaan dan menggerakkan roda perekonomian masyarakat.



Dengan begitu, Gen Z sangat tidak tertarik, apalagi sampai kecanduan dengan sebotol minuman, secuil narkoba, ataupun judi slot online (judol). Karena mereka memiliki passion yang positif serta kesadaran yang tinggi dari aspek moral, spiritual, dan kesadaran bahwa bersinggungan dengan barang-barang haram tersebut hanya membuat masa depan suram (madesu) dan berpotensi menjadi gelandangan.

Wallahu ‘alamu bisshawab.




Kiai Hadi Susiono Panduk, Alumnus Pondok Pesantren Sabilillah, al-Khoirot, dan MA Nahdlatul Muslimin Kudus serta Universitas Diponegoro Semarang. Wakil Rais Syuriyah PCNU Lebak, Pengurus MUI dan Pergunu Lebak, Dewan Pakar ICMI Orwil Banten, dan Majelis Pakar P2i Provinsi Banten