• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 2 Mei 2024

Opini

Kiai Ali Mustafa, Pelopor Pesantren Hadits Pertama di Indonesia

Kiai Ali Mustafa, Pelopor Pesantren Hadits Pertama di Indonesia
KH Ali Mustafa Yaqub. (dok Darus-Sunnah)
KH Ali Mustafa Yaqub. (dok Darus-Sunnah)

DI tengah pesatnya kemajuan zaman, berbagai tantangan dan konflik banyak sekali terjadi di kalangan umat Islam. Pemahaman keagamaan dan semangat Islam dirasa sedang mengalami kemunduran. Bahkan, dalam pemahaman tentang hadits yang merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an seakan-akan sudah tidak terpelihara lagi keberadaanya. Selain itu, dalam media sosial, banyak ditemukannya konten-konten yang salah kaprah dalam mengartikan sabda-sabda Nabi SAW.

 


Dalam hal ini, pesantren memiliki peran penting sebagai sarana dakwah dan memelihara ajaran-ajaran Islam. Di Indonesia, pesantren yang hanya berfokus pada hadits dan ilmu hadits ialah Pondok Pesantren Darus-Sunnah. Pesantren ini merupakan buah perjuangan dari seorang Ulama Nusantara dan Imam Besar Masjid Istiqlal, yakni KH Ali Mustafa Yaqub (1952-2016 M).

 


Kiai Ali Mustafa Yaqub merupakan salah seorang ulama besar nusantara yang memiliki kontribusi besar terhadap umat Islam di Indonesia. Kegigihannya dalam belajar sangat tinggi, bahkan pernah menyampaikan, jika ada jenjang pendidikan setelah S3, maka akan melanjutkan pendidikannya. Sosok kiai yang gigih ini lahir di Batang, Jawa Tengah, 2 Maret 1952.



Memulai kiprah pendidikan pesantren di Seblak, Jombang, sampai tingkat tsanawiyah pada 1966-1969. Kemudian di Pesantren Tebuireng, Jombang, sampai tingkat kuliah di Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy’ari. Di Tebuireng, Kiai Ali mengajar kitab-kitab klasik dan bahasa Arab hingga 1976.

 


Setelah itu, pada 1976-1980, melanjutkan kiprah pendidikan di tempat yang sangat jauh dari asal daerahnya, yakni ke Universitas Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Arab Saudi. Selepas itu, tak langsung pulang ke Tanah Air, melainkan melanjutkan kembali pendidikan S2 di Universitas King Saud, Departemen Studi Islam, Jurusan Tafsir Hadits, hingga 1985. Atas saran gurunya—Syaikh Hasan Hitou--, melanjutkan studi doktoralnya pada 2005 di Universitas Nizamia, Hyderabad, India.

 


Kiai Ali Mustafa merupakan ulama yang aktif dan produktif. Ini dapat dilihat dari pengalaman organisasi yang dipangkunya. Salah satunya ialah sebagai rais Syariyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015. Selain itu, juga banyak menghasilkan karya-karya buku yang telah mencapai kurang lebih 50 buku. Sebagai motivasi untuk menumbuhan dalam berkarya atau menulis, wejangan yang selalu ditanamkan terhadap santrinya ialah “Wa laa tamutunna illa wa antum kaatibun” (Janganlah kalian mati kecuali kalian telah menjadi penulis).



Setelah menapaki perjalanan pendidikan yang panjang, Kiai Ali mendirikan pesantren yang fokus dalam bidang hadits dan ilmu hadits serta ilmu-ilmu penunjang lainnya. Pondok ini berlokasi di Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Para mahasantri yang mondok di sini diwajibkan untuk berkuliah di perguruan tinggi sekitar seperti UIN, IIQ, PTIQ, dan lain-lain. Tujuan didirikannya pesantren ini ialah sebagai upaya untuk mengkader generasi para ulama. Terutama dalam bidang keilmuan hadits dan ilmu hadits, yang sekarang kian jarang dipandang oleh masyarakat.

 


Selain itu, lembaga pendidikan pesantren yang menekuni khusus di bidang keilmuan hadits dan ilmu hadits dibilang cukup langka. Bahkan, tidak banyak pesantren yang menyelenggarakan spesialisasi hadits dan ilmu hadits. Di Darus-Sunnah, selain program belajar mengajar di kelas, terdapat juga lembaga bernama Ali Mustafa Yaqub (AMY) Institute yang mewadahi para akademika maupun masyarakat umum yang memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu hadits. Dalam program kegiatannya, terdapat program sekolah hadits, kelas pelatihan tentang kajian hadits, hingga webinar nasional atau internasional.

 

Sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an, mengkaji hadits merupakan sebuah keharusan bagi umat Muslim, terutama dalam mengamalkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Kontribusi Kiai Ali Mustafa dalam bidang ilmu hadits ini seolah-olah menyelamatkan umat Muslim agar tidak lupa terhadap apa saja yang disampaikan oleh suri teladan umat manusia, yakni Nabi Muhammad. Selain mendaras hadits-hadits yang terdapat pada kutubu as-sittah, para mahasantri di Pesantren Darus-Sunnah juga diajarkan mengenai cara-cara menguji keaslian serta kebenaran hadits-hadits tersebut.


 

Kontribusi Mahasantri Darus-Sunnah dalam Membangun Peradaban

Di Pesantren Darus-Sunnah, terdapat organisasi-organisasi dan ekstrakulikuler yang mewadahi minat bakat mahasantri. Tentu, hal ini sebagai wadah pra mahasantri untuk mendakwahkan ilmu-ilmu keagamaan yang dianggap rancu di kalangan masyarakat umum. Pesantren Darus-Sunnah juga ikut eksis di tengah perkembangan teknologi saat ini, seperti tersedianya media sosial dan situs online yang dapat diakses semua kalangan, seperti tulisan-tulisan karya mahasantri dan konten-konten ataupun video yang berisi tentang pesan-pesan dan nasihat keagamaan. Setiap mahasantri di Darus-Sunnah dituntut untuk terus berkarya sesuai dengan bidangnya.

 


Nadiyya Dinar Ambarwati, Darus-Sunnah International Institute for Hadits Sciences

 

Referensi:

”Sejarah Pesantren Darus-Sunnah” https://darussunnah.sch.id/profil-mahad-dawly/ diakses pada tanggal 20 Oktober 2023 pukul 23.13 WIB

Ali Mustafa Yaqub, “Seajarah dan Metode Dakwah Nabi” (Jakarta, Pustaka Pirdaus, 2019)


Opini Terbaru