Opini

Pegon, Lebih dari Sekadar Aksara Kini Jadi Realitas Virtual Digital

Rabu, 11 Desember 2024 | 16:25 WIB

Pegon, Lebih dari Sekadar Aksara Kini Jadi Realitas Virtual Digital

Logo Pegon Virtual Keyboard. (Foto: Kemenag)

AKSARA pegon, warisan budaya Nusantara yang kaya, kini berhadapan dengan tantangan dan peluang baru di era digital. Sebagai sistem penulisan yang telah mengakar dalam sejarah Islam di Indonesia, pegon memiliki peran penting dalam menjaga identitas budaya dan keagamaan masyarakat. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, keberadaan pegon mulai terpinggirkan oleh dominasi aksara latin.



Digitalisasi aksara pegon merupakan langkah strategis untuk menjaga kelangsungan hidup aksara ini. Dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) terus berinovasi dalam melestarikan warisan budaya Nusantara. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan meluncurkan aplikasi Pegon Virtual Keyboard dan Rumah Kitab. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk dengan mudah mengetik menggunakan aksara Pegon, membuka peluang baru bagi pengembangan dan pelestarian aksara kuno ini dalam era digital.



Pegon Virtual Keyboard adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk menulis aksara pegon dengan mudah di perangkat digital. Aksara pegon sendiri merupakan aksara Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Aplikasi ini sangat berguna bagi mereka yang ingin melestarikan dan mengembangkan penggunaan aksara pegon, terutama dalam dunia digital dan siapa saja dapat dengan mudah menulis serta menggunakan aksara pegon dalam kehidupan sehari-hari.



Rumah Kitab adalah platform digital yang menyediakan pembelajaran kitab kuning yang menggunakan aksara pegon. Dengan demikian, generasi muda dapat mempelajari kitab-kitab klasik Islam dengan menggunakan aksara asli serta merupakan inisiatif yang sangat baik dari Kementerian Agama dalam rangka melestarikan aksara pegon dan mempermudah akses masyarakat terhadap ilmu agama. Dengan adanya platform ini, diharapkan semakin banyak orang yang tertarik untuk mempelajari kitab kuning dan memahami lebih dalam tentang ajaran Islam.



Pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam pelestarian aksara pegon. Kemenag mendorong para pimpinan pesantren untuk lebih aktif memasifkan penggunaan aksara pegon di lingkungan pesantren. Dengan demikian, aksara pegon tidak hanya menjadi bagian dari khazanah pesantren, tetapi juga dapat diwariskan kepada generasi mendatang.



Di satu sisi, digitalisasi membuka peluang bagi pelestarian dan pengembangan aksara pegon. Berbagai platform digital seperti media sosial, aplikasi, dan website dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pengetahuan tentang pegon kepada generasi muda. Selain itu, digitalisasi juga memungkinkan pembuatan berbagai konten kreatif pegon, seperti buku elektronik, artikel, dan video, yang dapat diakses oleh masyarakat luas.



Aksara ini memiliki potensi besar untuk dihidupkan kembali dan diakses oleh lebih banyak orang. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), realitas virtual (VR), dan realitas tertambah (AR) menawarkan solusi inovatif untuk melestarikan dan mengembangkan aksara pegon.

 

Artificial intelligence (AI) sebagai penunjang pembelajaran kecerdasan buatan dapat berperan penting dalam pembelajaran aksara pegon. AI dapat digunakan untuk membuat aplikasi pembelajaran interaktif yang dapat menyesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing pengguna. Fitur seperti pengenalan tulisan tangan aksara pegon, terjemahan otomatis, dan pembuatan soal latihan secara otomatis dapat memperkaya pengalaman belajar.



Virtual Reality (VR) realitas virtual dapat menciptakan lingkungan belajar yang imersif dan mendalam. Bayangkan pengguna dapat memasuki dunia virtual di mana mereka dikelilingi oleh teks-teks aksara pegon yang hidup. Mereka dapat berinteraksi dengan teks-teks tersebut, mempelajari sejarah dan budaya di balik aksara pegon, serta berlatih menulis dan membaca dengan cara yang lebih menyenangkan.

 


Augmented Reality (AR) untuk menggabungkan dunia nyata dan virtual realitas tertambah dapat menggabungkan dunia nyata dengan elemen-elemen virtual. Misalnya, dengan menggunakan aplikasi AR, pengguna dapat melihat animasi aksara pegon muncul di atas buku atau kertas tulis mereka. Hal ini dapat membantu pengguna memahami bagaimana aksara Pegon ditulis dan bagaimana huruf-hurufnya saling berhubungan.

 


Pengembangan aplikasi dan perangkat lunak dengan memanfaatkan AI, VR, dan AR, pengembang dapat menciptakan berbagai aplikasi dan perangkat lunak yang dapat membantu dalam pembelajaran dan penggunaan aksara pegon. Aplikasi ini dapat berupa kamus digital, alat bantu penulisan, atau bahkan game edukasi yang menyenangkan.

 


Meskipun potensi penggunaan AI, VR, dan AR untuk aksara pegon sangat besar, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan data dan sumber daya yang ada. Selain itu, diperlukan kolaborasi yang kuat antara para ahli teknologi, budayawan, dan masyarakat untuk memastikan bahwa pengembangan teknologi ini sejalan dengan nilai-nilai pelestarian budaya. Namun, dengan semangat inovasi dan kolaborasi, masa depan aksara pegon tampak cerah.



Namun, di sisi lain, digitalisasi juga membawa ancaman bagi kelangsungan hidup aksara pegon. Penggunaan bahasa asing dan aksara latin yang semakin masif dalam kehidupan sehari-hari membuat banyak generasi muda merasa asing dengan pegon. Kurangnya minat dan pemahaman terhadap aksara ini dapat menyebabkan pegon semakin termarginalkan dan akhirnya punah.



Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk mempromosikan dan melestarikan aksara pegon. Salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran pegon ke dalam kurikulum pendidikan formal maupun non-formal. Selain itu, perlu pula dikembangkan berbagai program dan kegiatan yang menarik minat generasi muda untuk mempelajari dan menggunakan aksara pegon.



Dalam konteks globalisasi, aksara pegon juga dapat menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia di mata dunia. Dengan menunjukkan keanekaragaman budaya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman, aksara pegon dapat semakin dikenal dan dihargai oleh masyarakat internasional.

 


Aksara pegon di era digital mengalami transformasi signifikan berkat integrasi kecerdasan buatan, realitas virtual, dan realitas tertambah. Teknologi-teknologi ini tidak hanya membuka peluang untuk melestarikan aksara kuno Nusantara ini, tetapi juga menyajikan cara-cara inovatif dalam pembelajaran dan penggunaan aksara pegon. AI memungkinkan personalisasi pembelajaran, VR menciptakan pengalaman imersif, sementara AR menghubungkan dunia nyata dan digital untuk memperkaya pemahaman aksara pegon. Dengan demikian, aksara pegon tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga menjadi bagian dari inovasi teknologi masa kini, memastikan kelangsungan hidup dan perkembangannya di tengah arus digitalisasi dan dapat terus hidup dan berkembang di era digital. Pegon tidak hanya sekadar sistem penulisan, tetapi juga merupakan representasi dari identitas budaya dan keagamaan masyarakat Indonesia. Melestarikan pegon berarti menjaga warisan leluhur dan memperkaya khazanah budaya bangsa.

 



Firman Kurniawan, Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Pagedangan