• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 28 Maret 2024

Opini

Pembangunan Tempat Ibadah Agama Lain, Bagaimana Sikap Muslim Menanggapi Hal Tersebut?

Pembangunan Tempat Ibadah Agama Lain, Bagaimana Sikap Muslim Menanggapi Hal Tersebut?
Ilustrasi (NU Online)
Ilustrasi (NU Online)

Islam  adalah agama yang sangat menghargai perbedaan. Dalam batasan tertentu, Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh dalam hal tasamuh atau toleransl ini. Yakni, pada saat Nabi ingin memajukan Kota Madinah yang didalamnya terdiri dari banyak suku dan agama.

 

Kalimat tasamuh berasal dari bahasa arab yang berarti murah hati atau lapang hati, dalam kamus besar bahasa lndonesla (KBBI) tasamuh artinya kelapangan dada atau keluasan fikiran dan toleransl. Sedangkan secara istilah, tasamuh adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, dimana terdapat rasa saling menghargai antara sesama umat manusia sesuai yang diajarkan dalam Syariat.

 

Maksud dari tasamuh adalah bersikap menerima dan damai terhadap keadaan yang dihadapi, misalnya toleransi dalam beragama ialah sikap saling menghormati hak dan kewajiban antar agama. Tasamuh adalah modal utama dalam menghadapi keragaman perbedaan beragama, suku bangsa dan budaya sekaligus sebagai perlindungan hak asasi manusia yang telah diamanatkan dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia.

 

Tasamuh dalam agama bukanlah mencampur adukkan keimanan atau ritual dan akidah yang sudah diyakini masing-masing individu, melainkan saling menghormati dan menghargai eksistensi agama yang dianut orang Iain.

 

Dalam Al-Qur’an, daIiI-daIiI dan penjelasan tentang tasamuh atau toleransi beragama dijelaskan diantaranya dalam Al-Qur’an surat Al Kaafiruun ayat 1-6, surat Al-Baqarah ayat 256, surat Yunus ayat 40 dan surat Al-An’am ayat 108.

 

Imam Fakhruddin Arrazy dalam kitab Mafatihul Ghaib menafsiri surat Al-Mumtahanah ayat 8 sebagai dasar untuk berbuat baik dan bersikap toleran terhadap agama lain, berbuat adil dan tidak mengganggu keberadaan agama Iain.

 

Demikian juga keberadaan hadits-hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari keluarga dan para sahabat, tidak sedikit yang menganjurkan keharusan sifat toleransi tersebut, diantaranya ialah:

 

عن ابن عباس رضي الله عنه قال، قيل لرسول الله صلى اللّٰه عليه وسلم. اي الاديان أحب إلى الله قال، الحنيفية السمحة. )رواه البخاري و مسلم

).أن رسول اللّٰه صلى اللّٰه عليه وسلم قال. رحم الله رجلا سمحا إذا باع وإذا اشترى وإذا قتضى )متفق عليه 

 


Sebagai referensi, tahun 2018 IaIu pemerintah Afghanistan mengutus para pejabamya untuk melakukan kunjungan keindonesia secara khusus menggelar pertemuan dengan pengurus PBNU untuk mempelajari lebih jauh tentang keberhasilan pemerintah Indonesia mengatasi keragaman suku, budaya dan agama yang dianut masyarakatnya. 

 

Dengan paparan yang jelas dan sistematis, Ketua Umum PBNU saat itu yang dijabat oleh Prof. DR. KH. Sa’id Aqil Siradj menjelaskan bahwa “Keberhasilan masyarakat Indonesia dalam men|aga keragaman karena menjunjung tinggi nllai toleransl yang dalam Islam sangat masyhur dengan istilah Tasamuh”.

 

Sementara itu, Imam Al-Baghouwi memberikan komentar dengan menafsiri lafal (al-itsmi wa al-‘udwan) yang terdapat dalam Surat Q.S Al-Maidah: 2.

       
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ  (Q.S Al-Maidah: 2)  


Imam Al-Baghouwi menafsiri lafal  (al-itsmi wa al-‘udwan) dengan menyitir sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim.

 


عن النواس بن سمعان الأنصاري قال، سئل رسول اللّٰه صلى الله عليه وسلم عن البر والاثم قال، البر هو حسن الحلق، والاثم ماحاك فى نفسك وكرهت أن يطلع عليه الناس. )متفق عليه

 

Diriwayatkan dari an-Nuwas bin Sam’an al-Anshari, beliau berkata: Rasulullah SAW pernah ditanya tentang hakikat (al-birru dan al-itsm). Beliau bersabda: yang dimaksud dengan al-birru adalah akhlak yang baik dan al-itsm adalah sesuatu yang meresap dalam jiwa (kebencian) dan engkau tidak suka orang lain mengetahuinya. (H.R Bukhari Muslim.)

 

Merujuk pada hadits ini, maka domain dari dosa adalah hati seorang muslim, bukan kegiatan yang bersifat fisik. Maka dari itu, sejatinya Allah SWT memotivasi umat Muslim untuk tidak memiliki hati yang dengki, ingin menyakiti dan merampas hak-hak non-Muslim.

 

Lantas, masihkah diharamkan bagi seorang Muslim untuk menolong saudaranya yang non-Muslim dan setanah air dalam pembangunan tempat peribadatannya hanya karena dalih menolong dalam kemaksiatan? Bukankah orang Muslim juga suka ketika dibantu oleh non-Muslim dalam segala keperluannya.

(الطباري فى جامع البيان فى تأويل القرآن/491/IX/ابن جرير الطباري)


وفى طباقات الكبرى, قال ابن سعد:
ولهم ان احتاجوا فى مرمة بيعهم وصوامعهم أو شيئ من مصالح أمور دينهم إلى رفد مساعدة من المسلمين وتقوية لهم على مرمتنا, أن يرفدوا على ذالك ويعاونوا, ولايكون ذلك دينا عليهم بل تقوية لهم على مصلحة دينهم ووفاء بعهد رسول اللّه وموهبة لهم ومنّة اللّه ورسوله عليهم.

 


Dan ketika mereka membangun Gereja dan tempat peribadatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kebebasan pelaksanaan ritual keagamaan memerlukan bantuan umat Islam untuk memperkuat persatuan sebuah Negara, maka mereka wajib dibantu oleh umat Islam.

 

Bantuan ini bukan merupakan hutang yang harus dibayar melainkan harus dianggap sebagai upaya memperkuat agama dan sekaligus sebagai usaha menepati janji Rasulullah SAW yang merupakan anugerah Allah dan Rasulnya bagi mereka.

 

Kutipan diatas semakin memperjelas bahwa posisi Nabi Muhammad SAW sebagai Kepala Negara Madinah memliki kewajiban untuk mengayomi semua elemen masyarakat, agar terbentuk kesatuan dan persatuan antara berbagai elemennya. Perjanjian Nabi dengan kaum Kristiani Najran ini, tidak ada kaitannya dengan persoalan akidah.

 

Secara akidah, kita semua maklum bahwa Al-Qur’an sangat tegas menentang keyakinan mereka yang mirip ajaran orang musyrik, namun dalam konteks sosial-politik yakni untuk menyatukan umat, Nabi Muhammad SAW bahkan memberikan kebebasan beragama dan semua hal-hal yang berkaitan didalamnya, termasuk pembangunan Gereja dan tempat peribadatan orang Yahudi dan Majusi.

 

Dalam kutipan perjanjian tersebut, Nabi Muhammad SAW menawarkan bantuan umat Islam jika dalam pembangunan rumah ibadah tersebut, tenaga umat Islam dibutuhkan.

 

Namun yang perlu dicatat disini, toleransi yang diprakarsai Nabi Muhammad SAW ini tidak ada kaitannya dengan masalah akidah, tapi lebih kepada upaya menjalin hubungan sosial yang baik, agar tercipta suasana kedamaian dan rasa nasionalisme yang tinggi dikalangan elemen-elemen Negara.

 

Demikian sekilas penjelasan tentang konsep toleransi beragama menyikapi parencanaan pembangunan tempat ibadah agama lain diantaranya yaitu Gereja HKBP Maranatha di Kota Cilegon Provinsi Banten. Wallahu ‘alam bisshowab.

 

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PCNU Kota Serang, KH Ahmad Moenif


Opini Terbaru