Opini

Satu Komando, Modal Utama Menuju Digdaya

Senin, 5 Agustus 2024 | 22:39 WIB

Satu Komando, Modal Utama Menuju Digdaya

Logo Nahdlatul Ulama. NU saat ini memasuki abad kedua. (Foto: NU Online)

BEBERAPA tahun terakhir ini kita dipertontonkan kondisi sosial yang tampak berkebalikan dari cita-cita para founding fathers bangsa ini, entah karena upaya rekayasa sosial atau secara natural terjadi. Yang jelas jika dibiarkan, akan berdampak besar terhadap keberlangsungan peradaban. Kondisi yang dimaksud adalah perpecahan barisan, entah itu organisasi masyarakat, organisasi politik maupun organisasi formal negara.

 


Dalam keadaan tertentu baik memang jika kebebasan berpikir dan berpendapat bebas diutarakan, sepanjang tidak melahirkan gerakan-gerakan yang kontradiktif dengan komitmen bersama dan bertujuan untuk melemahkan, apalagi sampai membumihanguskan atau melakukan kudeta kepemimpinan, jika itu terjadi dinamika seperti itu tentunya harus kita antisipasi bersama. Mengapa kita, karena itu menjadi tanggung jawab semua individu bukan hanya kamu, dia atau mereka tapi juga aku.



Jika coba kita telaah lebih dalam penyebab dinamika itu terjadi bermuara pada politik baik itu untuk kekuasaan maupun untuk keuntungan. Oleh karenanya, kita semua menjadi bagian penting untuk memahami dan mengambil sikap manakala dihadapkan pada situasi seperti di atas. Untuk sampai kepada memahami memang terkadang butuh waktu, data, dan analisa yang lengkap serta valid, tentu itu bukan hal mudah dan tidak setiap kita memiliki kemampuan atau akses melakukannya.



Oleh karena itu, mengambil sikap menjadi hal yang paling memungkinkan dilakukan oleh tiap-tiap kita, dan sikap itu adalah sikap satu komando, sikap sam'an wa tho'atan atau tunduk dan patuh terhadap pimpinan.



Kondisi seperti ini tentu bukan barang baru. Bahkan di era pemimpin terbaik sepanjang masa pun yakni Rasulullah Muhammad saw terjadi. Kita ambil salah satu contoh kejadian di mana ketika dalam sebuah majelis Rasulullah saw meminta kepada para sahabat yang sudah lebih awal berada dalam barisan depan di majelis itu, memberikan kesempatan atau tempat kepada para sahabat yang baru datang.



Kondisi ini tidak dipahami oleh semua sahabat pada saat itu. Bahkan di luar majelis itu yang sebenarnya orang-orang ini tidak mengetahui secara pasti kejadiannya menghembuskan isu bahwa Rasulullah saw tidak adil, sehingga turunlah firman Allah saw yang termaktub dalam Surat Al Mujadalah ayat 11. Dalam ayat ini mengandung nilai ilmu, kebersamaan, keadilan, dan ketaatan. Juga memberikan gambaran bahwa dalam situasi tertentu taat bukanlah barang yang harus diperdebatkan terlebih dahulu baru dilakukan, melainkan lakukan saja nanti kita akan mendapatkan penjelasan.

 


Kembali kepada satu komando. Dalam situasi dinamis saat ini, satu komando menjadi sikap penting yang harus dilakukan oleh semua individu, Karena satu komado memiliki makna yang dalam dan beragam. Satu komando bisa dimaknai sebagai upaya menjaga kepatuhan, ketaatan, kebersamaan, kebesaran, keagungan, bahkan keberlangsungan masa depan. Karena dengan berpegang teguh pada satu komando jika dilakukan dengan sungguh-sunguh, maka akan mampu meredam syahwat kita sebagai individu.



Dan ketika hal itu terjadi, maka kebaikan semua yang akan menjadi prioritas diri kita. Oleh karena itu, satu komando menjadi sikap penting dalam menjaga keberlangsungan peradaban, bahkan bangsa Indonesia ini. Terlebih di tengah gelombang kebebasan informasi saat ini. Jika kita tidak mampu meredam syahwat individu sangat rentan untuk terjadi gejolak pembangkangan, yang sebenernya itu bukan karena kebijakan pimpinan, tapi seringkali karena keterbatasan yang ada pada diri kita.

 


Semoga penggalan firman Allah dalam Surat An Nisa ayat 59, bisa menjadi pandangan bersama bahwa nilai ketaatan dalam membangun sebuah peradaban, termasuk menjadikan NU organisasi yang lebih digdaya memasuki abad keduanya ini menjadi sangat krusial. Dan bentuk nilai ketaatan itu disederhanakan dalam satu narasi, yakni satu komando.

 

Deden Farhan, Demisioner Ketua PC GP Ansor Lebak, Pengasuh PP Al Farhan, Lebak, Banten