• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 12 Mei 2024

Pesantren

Mengintip Ngaji Pasaran Syawal di Al-Hikamussalafiyah Cipulus, Purwakarta

Mengintip Ngaji Pasaran Syawal di Al-Hikamussalafiyah Cipulus, Purwakarta
Ribuan orang mengikuti ngaji pasaran Syawal di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. (Foto: NUO/Suwitno)
Ribuan orang mengikuti ngaji pasaran Syawal di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. (Foto: NUO/Suwitno)

MALAM beranjak. Selepas Shalat Isya’, ribuan orang, baik laki-laki maupun perempuan, memenuhi Aula Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (23/4/2024). Mereka yang terdiri atas berbagai generasi, dari para ustadz, kiai muda, hingga figur-figur sepuh dan lainnya, mengikuti ngaji pasaran.



Pesantren yang didirikan pada 1840 tersebut menggelar ngaji pasaran secara tahunan mulai 5 sampai 15 Syawal. Pasaran Tijanud Darari dan Fathul Qarib tersebut menarik minat ribuan santri dari berbagai pesantren di Jawa Barat. Dalam sesi ngaji pasaran, KH Hasbillah Hadamy, pengasuh Pesantren Al-Hikamussalafiyah di Cipulus, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, kerap menyelipkan lelucon yang sukses mengundang gelak tawa ribuan santri yang hadir.



Tidak jarang pula, secara serentak, mereka menyanyikan syair-syair dengan irama khas Sunda, menambah keakraban dan keceriaan suasana ngaji pasaran di pesantren tersebut.



Dia menceritakan bahwa ngaji pasaran ini diinisiasi oleh almarhum ayahnya, KH Adang Badruddin atau yang populer dipanggil dengan panggilan Abah Cipulus.  "Tetapi saya lupa tahunnya tahun berapa, cuman saya ingat waktu kecil juga sudah ada, bahkan saya di waktu kecil juga, masih SD juga sudah disuruh ikut ngaji itu Fathul Qarib dan Tijanud Darari," ujarnya seperti dilansir NU Online.



Dia menjelaskan, dirinya mendengar langsung dari ayahnya bahwa banyak yang ikut pengajian tahunan ke sini, bukan karena mereka benar-benar karena kemasyhuran ayahnya, tetapi karena waktu yang dipilih tepat. Di saat pesantren-pesantren yang lain tidak ada pengajian, di sini ada. "Kata Abah sih seperti itu pengakuannya, mungkin itu bentuk tawadhunya ya. Kalau yang ikut ngaji pasaran di Jawa Barat semua ada, sekarang juga ada dari Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Cianjur, juga Depok, juga ada Bogor, Tangerang juga, Banten ada," imbuhnya.



Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ngaji pasaran dilakukan setelah Shubuh, lalu dilanjut lagi pada siang hari. Kemudian, setelah itu, mereka akan istirahat untuk Shalat Dzuhur, kemudian Shalat Ashar. Setelah Shalat Ashar, mereka akan masuk lagi, istirahat sebentar sebelum Maghrib, dan kemudian biasanya mereka akan masuk lagi pada waktu Maghrib.



Dia menyampaikan bahwa alumni dan santri-santri juga dipesankan oleh ayahnya untuk tetap mengaji. "Ya itu, ngaji jangan sampai berhenti gitu. Buat alumni-alumni di sini juga seperti itu, keluar dari sini harus dilanjutkan ngaji," imbuhnya.


Muhammad Syarifuddin dari Bandung menceritakan bahwa alasan mengikuti ngaji pasaran di Cipulus adalah untuk mencari ilmu baru. Selain itu, untuk mencari teman baru dan memperkuat persaudaraan melalui kebersamaan yang terbentuk di ngaji pasaran tersebut.



Menurutnya, meskipun peserta memiliki prinsip dan pemikiran yang berbeda-beda, mereka disatukan oleh kegiatan ngopi yaitu ngobrol tentang ilmu. "Untuk yang belum ikut, kita tunggu di sini, karena kalian akan menemukan pesan-pesan tersendiri ketika kalian berada di sini," ujarnya.


Sedangkan Muhammad Zidan Hijaz dari Tasikmalaya mengungkapkan bahwa ngaji pasaran di Pesantren Al-Hikamussalafiyah yang dimulai 5 Syawal hingga tanggal 15 Syawal, meskipun durasinya singkat, kenangan yang dihasilkan sangat berkesan baginya. Alasannya mengikuti ngaji pasaran adalah untuk menambah silaturahim dengan pesantren-pesantren di Jawa Barat. Lebih dari itu, tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan yang lebih penting lagi, untuk mencari ridha dan berkah dari guru.



"Alhamdulillah kesannya di ngaji pasaran ini sangat-sangat indah dan kenangan yang sangat berkesan meskipun waktunya singkat. Pesan yang belum ikut, kalian harus ikut," terangnya. (Malik Ibnu Zaman)

 


Editor: M Izzul Mutho


Editor:

Pesantren Terbaru