Alhamdulillah, Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Bunda Aisyah radhiyaallahu ‘anha mengabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meningkatkan kualitas ibadahnya ketika Ramadhan memasuki sepertiga akhir menjelang Idul Fitri. Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” [HR Muslim no 1175]. Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan: “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” [HR Bukhari no. 2024 dan Muslim no 1174)
Baca Juga
Ramadhan Bulan Berbagi
Salah satu amalan yang dilakukan Rasulullah untuk mengisi sepuluh hari terakhir ramadhan adalah iktikaf. Iktikaf adalah berusaha untuk fokus bersama Allah. Secara istilah biasanya iktikaf dimaknai dengan berdiam diri di masjid dalam durasi waktu tertentu untuk melakukan ibadah dan amal saleh lainnya.
Hukum iktikaf para ulama sepakat hukumnya sunnah, kecuali bagi yang bernadzar untuk melakukannya. Semakin lama beriktikaf tentunya akan semakin bagus. Bagi laki-laki iktikaf harus dilakukan di masjid. Ketika sedang iktikaf, bisa melakukan ibadah-ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Shalat, membaca Al-Qur’an, berdzikir, melakukan kajian atau mengadakan muhasabah bersama.
Iktikaf sejatinya adalah latihan untuk bisa nyaman dan tenang bersama Allah. Iktikaf adalah “quality time” bersama Allah. Iktikaf ini begitu penting karena kebanyakan manusia lebih senang bercengkarama dengan manusia, bahkan waktu begitu cepat berlalu, karena begitu menikmatinya. Tetapi ketika sedang bersama Allah, saat mendirikan shalat, berdzikir atau membaca Al-Qur’an, begitu sulit hati untuk khusyuk, kadang terasa berat dan jauh untuk bisa menikmatinya. Maka, iktikaf sejatinya latihan untuk bisa menikmati kebersamaan kita bersama Allah. Semakin sering iktikaf, semakin mudah hati untuk bisa khusyuk, bahkan menikmati setiap momen bersama Allah. Punya quality time bersama Allah akan menjadikan hidup menjadi lebih tenang dan nyaman. Bukankah Allah menegaskan bahwa hanya dengan dzikir hati akan tenang (QS Ar Ra`du 13: 28).
Maryam, ibunda Nabi Isa ‘alaihissalam. selalu masuk mihrab (tempat ibadah khusus) untuk iktikaf dan bermunajat kepada Allah (QS Ali Imran 3:37). Rasulullah pun pernah menyendiri di Gua Hira sebelum diangkat menjadi Rasul dan setelah diangkat menjadi Rasul selalu melakukan iktikaf di masjid, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Aisyah radhiyallahu `anha mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beriktikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian istri-istri beliau pun beriktikaf setelah kepergian beliau.’’ (HR Bukhari no 2026 dan Muslim no 1172).
Kenapa Rasulullah iktikaf di sepuluh hari terakhir? Karena ibarat sebuah pertandingan, di akhir Ramadhan sudah memasuki fase semifinal bahkan final yang akan menentukan kemenangan kita dalam mengendalikan diri atas hawa nafsu dan segala hal yang merusak ibadah puasa dan ibadah lainnya selama Ramadhan. Bahkan fokus kita harus semakin ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan iktikaf.
Selain itu, Rasulullah melakukan iktikaf di akhir Ramadhan adalah sebagai kesiapan rohani untuk menjemput satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Rasulullah bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari Ramadhan.” [HR Bukhari no 2020]. Dan terjadinya Lailatul Qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam: “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di Ramadhan.” [HR Bukhari, no 2017]. Bahkan Rasulullah juga mengajarkan doa yang dianjurkan dibaca di malam-malam Ramadhan, terutama di sepuluh hari terakhir. Doa tersebut adalah : ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” [HR Tirmidzi no 3513]
Melihat begitu pentingnya iktikaf, maka marilah kita biasakan punya quality time bersama Allah, agar hati menjadi lebih tenang dan kita bisa menikmati momen-momen bersama Allah ketika shalat, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan ibadah lainnya. Terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini, mari kita tingkatakn durasi dan kualitas iktikaf kita, agar rohani kita siap menjemput satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Semoga kita semua diijinkan Allah untuk mendapatkan Lailatul Qadar di Ramadhan tahun ini. Amin ya mujiibas sailin.
Mukhlisin, Penulis adalah Pembina tauhid Cinta Channel (You tube) dan Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Agama Islam Muslim Asia Afrika Jakarta
Editor: M. Izzul Mutho
Terpopuler
1
Dahsyatnya Kebakaran di LA, Amerika
2
Konferensi II MWCNU Ciledug tetapkan Syarif Hidayat Rais Syuriyah, Khoiru Supyan Ketua Tanfidziyah
3
97 WNI Terdampak Kebakaran di LA, Amerika
4
Delapan PWNU Usul Sejumlah Masalah Keagamaan Dibahas di Munas NU 2025
5
LP Ma’arif PBNU Dorong Para Pendidik Hidupkan Quote Tokoh NU
6
Pagar Nusa Tangsel: Semangat Berlatih, Jangan Terputus
Terkini
Lihat Semua