• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Selasa, 30 April 2024

Ramadhan

Iktikaf di Akhir Ramadhan: Quality Time Bersama Allah

Iktikaf di Akhir Ramadhan: Quality Time Bersama Allah
Masjid. (Foto: NU Online)
Masjid. (Foto: NU Online)

Alhamdulillah, Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. ‎Bunda Aisyah radhiyaallahu ‘anha mengabarkan Rasulullah shallallahu ‎‎‘alaihi wasallam meningkatkan kualitas ibadahnya ketika Ramadhan ‎memasuki sepertiga akhir menjelang Idul Fitri. Aisyah radhiyallahu ‎‎‘anha menceritakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ‎bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi ‎kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” [HR Muslim no 1175]. ‎Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan: “Apabila Nabi shallallahu ‎‎‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (Ramadhan), beliau ‎mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari ‎berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan ‎keluarganya.” [HR Bukhari no. 2024 dan Muslim no 1174)‎

‎ 
Salah satu amalan yang dilakukan Rasulullah untuk mengisi sepuluh ‎hari terakhir ramadhan adalah iktikaf. Iktikaf adalah berusaha untuk ‎fokus bersama Allah. Secara istilah biasanya iktikaf dimaknai dengan ‎berdiam diri di masjid dalam durasi waktu tertentu untuk melakukan ‎ibadah dan amal saleh lainnya. ‎

‎ 
Hukum iktikaf para ulama sepakat hukumnya sunnah, kecuali bagi ‎yang bernadzar untuk melakukannya. Semakin lama beriktikaf ‎tentunya akan semakin bagus. Bagi laki-laki iktikaf harus dilakukan di ‎masjid. Ketika sedang iktikaf, bisa melakukan ibadah-ibadah yang ‎dapat mendekatkan diri kepada Allah. Shalat, membaca Al-Qur’an, ‎berdzikir, melakukan kajian atau mengadakan muhasabah bersama.‎

‎ 
Iktikaf sejatinya adalah latihan untuk bisa nyaman dan tenang ‎bersama Allah. Iktikaf adalah “quality time” bersama Allah. Iktikaf ini ‎begitu penting karena kebanyakan manusia lebih senang ‎bercengkarama dengan manusia, bahkan waktu begitu cepat berlalu, ‎karena begitu menikmatinya. Tetapi ketika sedang bersama Allah, saat ‎mendirikan shalat, berdzikir atau membaca Al-Qur’an, begitu sulit hati ‎untuk khusyuk, kadang terasa berat dan jauh untuk bisa ‎menikmatinya. Maka, iktikaf sejatinya latihan untuk bisa menikmati ‎kebersamaan kita bersama Allah. Semakin sering iktikaf, semakin ‎mudah hati untuk bisa khusyuk, bahkan menikmati setiap momen ‎bersama Allah. Punya quality time bersama Allah akan menjadikan ‎hidup menjadi lebih tenang dan nyaman. Bukankah Allah menegaskan ‎bahwa hanya dengan dzikir hati akan tenang (QS Ar Ra`du 13: 28).‎

‎ 
Maryam, ibunda Nabi Isa ‘alaihissalam. selalu masuk mihrab (tempat ‎ibadah khusus) untuk iktikaf dan bermunajat kepada Allah (QS Ali ‎Imran 3:37). Rasulullah pun pernah menyendiri di Gua Hira sebelum ‎diangkat menjadi Rasul dan setelah diangkat menjadi Rasul selalu ‎melakukan iktikaf di masjid, terutama di sepuluh hari terakhir ‎Ramadhan. Aisyah radhiyallahu `anha mengatakan, “Nabi shallallahu ‎‎‘alaihi wa sallam beriktikaf pada sepuluh hari yang akhir dari ‎Ramadhan hingga wafatnya kemudian istri-istri beliau pun beriktikaf ‎setelah kepergian beliau.’’ (HR Bukhari no 2026 dan  Muslim no 1172).‎

‎ 
Kenapa Rasulullah iktikaf di sepuluh hari terakhir? Karena ibarat ‎sebuah pertandingan, di akhir Ramadhan sudah memasuki fase ‎semifinal bahkan final yang akan menentukan kemenangan kita dalam ‎mengendalikan diri atas hawa nafsu dan segala hal yang merusak ‎ibadah puasa dan ibadah lainnya selama Ramadhan. Bahkan fokus kita ‎harus semakin ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan iktikaf. ‎

‎ 
Selain itu, Rasulullah melakukan iktikaf di akhir Ramadhan adalah ‎sebagai kesiapan rohani untuk menjemput satu malam yang nilainya ‎lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Rasulullah bersabda, ‎‎“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari ‎Ramadhan.” [HR Bukhari no 2020]. Dan terjadinya Lailatul Qadar di ‎malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam ‎genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam: “Carilah ‎Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di ‎Ramadhan.” [HR Bukhari, no 2017]. Bahkan Rasulullah juga ‎mengajarkan doa yang dianjurkan dibaca di malam-malam Ramadhan, ‎terutama di sepuluh hari terakhir. Doa tersebut adalah : ‘Allahumma ‎innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya ‎Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah ‎aku).” [HR Tirmidzi no 3513]‎

‎ 
Melihat begitu pentingnya iktikaf, maka marilah kita biasakan punya ‎quality time bersama Allah, agar hati menjadi lebih tenang dan kita ‎bisa menikmati momen-momen bersama Allah ketika shalat, ‎membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan ibadah lainnya. Terutama di ‎sepuluh hari terakhir Ramadhan ini, mari kita tingkatakn durasi dan ‎kualitas iktikaf kita, agar rohani kita siap menjemput satu malam yang ‎nilainya lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Semoga kita ‎semua diijinkan Allah untuk mendapatkan Lailatul Qadar di Ramadhan ‎tahun ini. Amin ya mujiibas sailin.‎


Mukhlisin, Penulis adalah Pembina tauhid Cinta Channel (You tube) ‎dan Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Agama Islam Muslim Asia Afrika ‎Jakarta
Editor: M. Izzul Mutho‎


Editor:

Ramadhan Terbaru