• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Tokoh

KH Ma’ruf Amin; Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten (11)

Salah Satu Kegelisahan Kiai Ma’ruf, Keinginannya untuk Memuliakan Syekh Nawawi Al-Bantani

Salah Satu Kegelisahan Kiai Ma’ruf, Keinginannya untuk Memuliakan Syekh Nawawi Al-Bantani
KH Ma’ruf Amin. (Foto: @kyai_MarufAmin)
KH Ma’ruf Amin. (Foto: @kyai_MarufAmin)

RUMAH Kiai Ma’ruf selalu terbuka untuk para aktivis muda. Mereka menjadikan Kiai Ma’ruf dan Nyai Huriyah sebagai orang tua tempat berkeluh kesah. Endin AJ Soefihara yang saat itu aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah menganggap rumah di Lorong 27 Koja, Jakarta Utara, itu seperti rumahnya sendiri.

 


“Saya at home berada di rumah Kiai Ma’ruf. Karena anak-anak Kiai Ma’ruf saat itu masih kecil, saya sudah seperti anak laki-laki terbesar saja di sana,” ujar mantan anggota DPR RI dari PPP itu.



Nyai Huriyah yang aktif berdakwah juga senang berdiskusi dengan para aktivis. Hal itu membuat suasana di rumah Kiai Ma’ruf selalu hangat dan cair.

Salah satu kegelisahan Kiai Ma’ruf adalah keinginannya untuk memuliakan Syekh Nawawi Al-Bantani. Ulama penulis ratusan kitab itu besar namanya di Makkah, tetapi nyaris tak ada jejaknya di Banten.



Keturunan langsung dari Syekh Nawawi tidak ada yang meneruskan jejak keilmuan ulama besar itu. Syekh Nawawi menikah dengan perempuan asal Tanara juga, namanya Nyai Nasimah. Mereka mempunyai tiga orang anak, yaitu Nafisah, Maryam, dan Rubi’ah. Rupanya dari ketiga putrinya itu, tidak ada yang meneruskan jejak keilmuan Syekh Nawawi di Banten. “Kiai Ma’ruf ingin membangun pesantren di tempat Syekh Nawawi dilahirkan, yaitu di Tanara, Serang,” papar Endin.



Pada 1987 dibentuklah Yayasan Syekh Nawawi Al-Bantani dan Kiai Ma’ruf menjadi ketua umumnya. Sejak 1990 dia menjadi pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi. Dalam perkembangannya, pesantren ini menyelenggarakan pendidikan tingkat tsanawiyah, aliyah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Fiqih. Dari sinilah diharapkan lahir para ahli fiqih yang meneladani jejak Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi.



Sedangkan aktivis Zainut Tauhid yang juga mantan wakil Menteri agama itu, mengenal Kiai Ma’ruf melalui kegiatan di Yayasan Al-Jihad mulai 1983. Saat itu Zainut sebagai pengurus IPNU Jakarta ingin membentuk IPNU Jakarta Utara. Dia meminta izin agar Al-Jihad menjadi pusat kegiatannya. Keinginan Zainut itu diterima dengan tangan terbuka. Sambil mengembangkan IPNU, dia juga diminta mengajar. “Kiai Ma’ruf itu orangnya sangat terbuka, senang diskusi dan memiliki pengalaman yang sangat luas baik di bidang organisasi, dakwah, pendidikan, dan politik,” terang Zainut.

 


Dalam berbagai kesempatan santai, Zainut menyimak kegelisahan Kiai Ma’ruf yang selalu memikirkan bagaimana umat Islam bisa lebih baik posisinya. Dari segi kesejahteraan, sumber daya manusia, ekonomi, dan kontribusi untuk kemajuan bangsa.



“Kiai Ma’ruf sangat gelisah terhadap berbagai ancaman perpecahan umat dan bangsa. Maka dalam setiap ceramahnya selalu mengingatkan soal menjaga ukhuwah; Islamiyah, wathaniyah, maupun basyariyah,” ungkapnya.

 


Kegelisahan itulah yang memotivasi Kiai Ma’ruf untuk mematangkan konsep ekonomi syariah yang kemudian mengkristal dalam konsep Arus Baru Ekonomi Indonesia. Untuk memahami persoalan ekonomi itu, Kiai Ma’ruf tak segan untuk belajar dari para ahli ekonomi dan perbankan. Dia menelisik persoalan teknis keuangan syariah dan kemudian memberikan solusi berupa fatwa melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk kepentingan itulah, MUI membentuk Dewan Syariah Nasional yang secara khusus membidangi persoalan ekonomi dan perbankan. (M Izzul Mutho)


Tokoh Terbaru