Banten Raya

Mahasiswa NU Garda Terdepan Berfikir Moderat

Sabtu, 28 September 2024 | 13:52 WIB

Mahasiswa NU Garda Terdepan Berfikir Moderat

Seminar Nasional Moderasi Beragama di Era Digital di STISNU Nusantara Tangerang. (NUOB/Arfan)

Kota Tangerang, NU Online Banten

Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang dan Yayasan Benteng Nusantara Cendekia Nahdlatul Ulama Tangerang menggelar seminar nasional moderasi beragama di era digital, pada Jumat (27/09/24).

 

Ketua STISNU Nusantara Tangerang Muhamad Qustulani menjelaskan, bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Benteng Nusantara Cendekia Nahdlatul Ulama yang menaungi STISNU Tangerang. Selain itu didukung oleh Direktorat Bimbingan Islam (Bimas) Kementerian Agama RI.

 

"Selain seminar moderasi, pada acara ini disisipkan kegiatan Launching Rumah Pengabdian Mahasiswa, buku Moderasi Beragama di Era Digital, dan Buku Tasawuf Hadori," kata Qustulani kepada NU Online Banten, pada Jumat, (27/9/2024).

 

Pria yang akrab Gus Fani ini menyampaikan, bahwa Rumah Pengabdian Mahasiswa adalah wujud tanggungjawab setiap mahasiswa Nahdlatul Ulama, untuk menjadi garda terdepan mengawal Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI (PBNU) di Indonesia.

 

"Mensosialisasikan PBNU sebagai ejawantah dari ajaran agama dan tidak ada yang bertentangan value menjadi suatu keharusan yang harus dikawal sejak masih dari sekolah," tegas Gus Fani.

 

Sebelum mahasiswa diterjunkan ke sekolah, pesantren dan atau lembaga lembaga pendidikan lainnya,kata Gus Fani, STISNU telah menyiapkan materi presentasi dalam sebuah buku yang diberi judul Moderasi Beragama di Era Digital.

 

"Nanti, pada setiap matakuliah khusus, satu atau dua pertemuan akan ada tugas sosialisasi ke sekolah dan masyarakat. Materinya sudah disiapkan bukunya," pungkasnya.

 

Sementara, Kepala Sub Direktorat Kurikulum Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (DIKTIS) Kemenag RI Imam Bukhori mengingatkan kepada peserta seminar tentang pentingnya berfikir moderat. Apalagi bisa memiliki paradigma manhaj Nahdlatul Ulama. 

 

"Sikap moderat di tengah kebhinekaan dan ragam suku bangsa harus menjadi karakter setiap warga masyarakat, khususnya bagi mahasiswa STISNU," 

 

Ia menyatakan, mahasiswa NU harus aktif dan menjadi garda depan dalam mensosialisasikan moderasi beragama. Karena memiliki tanggungjawab sebagai mahasiswa STISNU, oleh karena itu harus memiliki akhlak Nahdlatul Ulama.

 

"Kalian bukan sekedar menjadi mahasiswa tetapi sebagai kader yang punya tanggungjawab atas nama besar Nahdlatul Ulama. Maka dari itu harus memiliki akhlak Nahdlatul Ulama dan berfikir moderat seperti Nahdlatul Ulama," pungkasnya.

 

Kendati begitu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang KH Baijuri Khotib mengatakan, berfikir moderat di era digital adalah sebuah keharusan. Apabila tidak berfikir moderat maka pasti tertinggal, berfikir ortodoks dan kaku maka bukan zamannya lagi. 

 

"Era digital seperti ini kita harus moderat dalam bersikap, beramal, dan menggunakan perangkat digital. Baginya moderat itu keseimbangan menempatkan sesuatu sesuai dengan konteksnya," tandasnya.

 

Lebih lanjut, Founder Cosmic Intellegence Jabodetabek Kiai Abdul Hakim menjelaskan, untuk bisa menjadi moderat, maka harus memperkuat nalar dan berfikir. Karena orang yang cerdas dan menggunakan nalar kritis, cara berpikirnya akan terbuka lebar menjadi moderat.

 

"Semakin banyak tahu, banyak baca, maka akan semakin mengerti dan memahami perbedaan dan keragaman. Wujudnya bisa saling menghargai dan menghormati di tengah perbedaan," tandasnya.