Wayang Hadratussyekh Hasyim Asy'ari; Kreasi dan Revitalisasi
Ahad, 10 November 2024 | 15:43 WIB
Muhammad Hanifuddin
Kolomnis
RIBUAN penonton tumpah. Sebagian duduk di kursi. Sebagian duduk lesehan. Mulai masyarakat awam, santri, tokoh masyarakat, kiai, mahasiswa, guru besar, hingga jajaran rektorat. Memadati halaman Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur. Beberapa hari lalu, 2 November 2024. Dari selepas Isya' hingga jelang Shubuh. 7 jam tanpa jeda, tanpa jemu. Mereka menyaksikan pentas wayang kulit. Lakon Banjaran Kiai Hasyim Asy'ari (1871-1947). Dalangnya Ki Cahyo Kuntadi, budayawan sekaligus akademisi. Dihadiri langsung oleh KH Abdul Hakim Mahfudz yang karib disapa Gus Kikin. Cucu Hadratussyekh Hasyim Asy'ari. Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, saat ini.
Secara bergantian, Prof Badri Munif Sukoco, direktur Sekolah Pascasarjana Unair); Prof Bambang Sektiari Lukiswanto, wakil rektor Unair; dan KH Abdul Hakim Mahfudz memberikan sambutan. Masing-masing memberikan apresiasi. Kagum dan bangga. Terdapat sinergi antara wayang kulit, sejarah, dan budaya. Kolaborasi antara sanggar budaya, pesantren, dan perguruan tinggi. Hasilnya, sejarah hidup Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dapat dipentaskan. Digali spirit perjuangannya.
Satu hal yang penting dari pagelaran wayang kiai ini adalah revitalisasi budaya. Dalam ghalibnya, wayang kulit dipentaskan dengan pakem Ramayana dan Mahabarata. Yang pertama, alur cerita berdasar kehidupan Prabu Rama Wijaya melawan Raja Rahwana. Sedangkan yang kedua, berdasarkan cerita Pandhawa dan Kurawa. Kini, dapat diperluas. Pentas wayang kulit dapat memuat alur cerita hidup tokoh bangsa Indonesia.
Di bagian awal, dikisahkan awal mula kehidupan Nusantara. Masyarakat yang terbuka. Menerima berbagai tamu mancanegara. Berdagang, bekerja sama, dan bertukar budaya. Di awal abad XVI, kondisi berubah. Ditandai dengan berlabuhnya kapal-kapal besar kolonialisme. Mulanya ingin berdagang. Mencari rempah-rempah. Seiring berjalannya waktu, penjajah merampas kebebasan. Menguras kekayaan alam. Mencampakkan rasa keadilan dan kemanusiaan.
Dalam keprihatinan ini, Kiai Hasyim Asy’ari mendapatkan pesan dari sang guru; Syekh Nawawi al-Batani (1813-1897). Tepatnya ketika berguru di Tanah Suci Makkah. Penyadaran arti kemerdekaan dan pembebasan tanah air diamanatkan kepada sang murid. Dengan sangat apik, teriring dengan alunan shalawat, dialog antara Kiai Hasyim Asy’ari dan Syekh Nawawi ini dipentaskan. Penuh penghayatan. Penuh makna.
Dengan sangat padat, menit-menit berikutnya dikisahkan awal Kiai Hasyim Asy’ari merintis Pesantren Tebuireng. Membeli tanah depan Pabrik Gula Cukir Jombang. Milik Pak Lurah Sakiban. Dikisahkan rupa-rupa kegiatan santri dan jadwal ngaji. Hingga menerima isyarat mendirikan NU. Lewat Kiai As’ad Syamsul Arifin (1897-1990), Kiai Hasyim Asy’ari mendapat tasbih dan tongkat dari Syaikhona Kholil (1890-1925).
Kisah berlanjut, Pesantren Tebuireng mendapat ancaman dari tentara Belanda dan Jepang. Ditampilkan detail saat Kiai Hasyim Asy’ari disiksa di penjara. Imbas keengganan beliau mempraktikan Seikerei; menyembah Dewa Matahari. Cerita terus berlanjut hingga Resolusi Jihad, Perang Surabaya, hingga detik Kiai Hasyim Asy’ari wafat, pada 1947. Sepanjang kisah ini, kita juga disajikan peran Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Wahid Hasyim, dan lain sebagainya. Khusus untuk pentas ini, ada 40 tokoh wayang yang dibuat. Jumlah yang tidak sedikit.
Karena itu, bukan sesuatu yang berlebihan, jika pertunjukan wayang kulit dalam rangka ulang tahun 70 tahun Unair ini dinilai sebagai langkah genuin nan-nyata. Merawat dan mengembangkan kebudayaan bangsa. Semoga.
Kiai Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Ma’had Darus-Sunnah Jakarta
Terpopuler
1
Dahsyatnya Kebakaran di LA, Amerika
2
Konferensi II MWCNU Ciledug tetapkan Syarif Hidayat Rais Syuriyah, Khoiru Supyan Ketua Tanfidziyah
3
97 WNI Terdampak Kebakaran di LA, Amerika
4
Delapan PWNU Usul Sejumlah Masalah Keagamaan Dibahas di Munas NU 2025
5
LP Ma’arif PBNU Dorong Para Pendidik Hidupkan Quote Tokoh NU
6
Pagar Nusa Tangsel: Semangat Berlatih, Jangan Terputus
Terkini
Lihat Semua