Amanah
Kata amanah artinya bisa dipercaya. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yakni amuna- ya’munu- amānatan. KBBI pun merilis terjemahan resmi makna kata amanah dalam bahasa Indonesia. Amanah adalah sesuatu yang dititipkan atau dipercayakan kepada orang lain. Ada pula pendapat Quraish Shihab amanah adalah kepercayaan yang diberikan seseorang untuk dipelihara dan dijalankan sebaik mungkin. Amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada orang lain, setia, dan dapat dipercaya. Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk ditunaikan kepada yang berhak (Amirin, 2007).
Orang yang amanah adalah orang yang dapat menjalankan tugas yang diberikan. Jadi amanah sangat luas cakupannya. Amanah meliputi segala yang berkaitan hubungan interpersonal antarmanusia dan hubungan dengan Sang Penguasa Alam, yaitu Allah SWT.
Amanah memiliki peran penting dalam relasi interpersonal individu. Sikap dan perilaku amanah mampu membentuk hubungan positif antarindividu dan kelompok. Menurut Hamka (1990) amanah merupakan pondasi dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Amanah merupakan perekat sosial dalam membangun solidaritas di masyarakat yang bertujuan membentuk kerja sama sesama individu (Pulungan, 2006). Tanpa amanah kehidupan masyarakat dan bernegara menjadi rusak. Misalkan, banyak perilaku kriminal atau konflik diakibatkan karena tidak amanah dalam menjalankan tugas dan berperilaku.
Hasil penelitian studi Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2016 menunjukkan bahwa orang amanah adalah orang yang memiliki karakter positif (dapat dipercaya, bertanggung jawab, jujur) dan melaksanakan tugas.
Di zamannya, kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang begitu amanah tergambar dalam suatu peristiwa di mana beliau dipercayai sebagai orang yang mampu menjaga barang titipan atau harta berharga bagi siapa pun yang menitipkan kepadanya, termasuk orang-orang kafir, yang diketahui begitu membenci.
"Orang-orang kafir di Makkah menentang Rasulullah, mengingkari Beliau, hingga sepakat untuk membunuh Beliau. Namun ketika mereka memiliki harta yang berharga, mereka tak mendapatkan tempat yang mereka percaya untuk menitipkan harta mereka sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka percayai Rasulullah dalam menjaga harta berharga milik mereka, dan tidak dikhianati oleh Rasulullah," ungkap Habib Ahmad bin Novel dalam ceramahnya, dikutip dari akun Youtube Muezza, Selasa (25/8/2020).
Inilah yang disebut dengan kemuliaan yang sesungguhnya, yakni kemuliaan yang diakui oleh musuh sekalipun. Maka ketika mendengar huru hara bahwa para orang kafir tersebut berniat untuk membunuhnya akan datang ke rumah Nabi dengan pedang di tangannya yang siap menebas, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam langsung melancarkan niatnya untuk berhijrah pergi dari Kota Makkah. Namun di saat itu Nabi juga memerintahkan Sahabat Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan harta titipan tersebut kepada mereka, orang-orang kafir, pemilik harta tersebut yang ingin membunuh Rasulullah. Sikap amanah yang begitu mulia ini dengan bangga dikisahkan sebagai teladan dari Baginda Nabi Besar Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Jenis Amanah
Setelah mengetahui pemahaman tentang amanah, mari kita kaji lebih jauh tentang amanah. Ada beberapa jenis amanah yang perlu kita ketahui:
Pertama: amanah Allah SWT, Sang Pencipta
Amanah kepada Allah atau amanah dari Allah yang harus kita lakukan adalah karena kita hambanya Allah, maka kita memiliki amanah untuk menjalankan semua hal yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa pun yang telah dilarang Allah. Sebagaimana FirmanNya:
يَاأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS al-Anfal 8: 27)
Oleh sebab itu, konsekuensi dari perbuatan mencari kekuatan kepada makhluk lain atau biasa disebut syirik adalah konsekuensi paling berat yang mungkin dilakukan oleh umat Islam.
Kedua: amanah kepada sesama umat manusia
Jenis amanah kedua adalah amanah kepada individu lain sebagai sesama makhluk. Intensitas terjadinya jenis amanah kedua ini bisa dikatakan yang paling tinggi. Bentuk amanah ini meliputi hak dan kewajiban. Hal ini disampaikan dalam Al-Qur’an:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." (QS an-Nisa 4: 58)
Ketiga: amanah pada diri sendiri
Amanah yang ketiga yakni kepada diri sendiri. Amanah ini merupakan jenis amanah yang jarang dipahami disadari masyarakat pada umumnya. Kita memahami bahwa tiap manusia adalah pemimpin, tentu amanah kepada diri sendiri pun harus tetap dilakukan. Bahwa kita sebagai individu memilik amanah harus menjadi diri dari kesehatan, kematian, kecelakaan dan sebangsanya karena semua yang kita miliki adalah titipan Allah SWT.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya : ’’Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.’’ (HR Bukhori)
Ancaman Orang yang Tidak Amanah
Ada beberapa ancaman yang diberikan kepada orang yang tidak amanah:
1. Tidak akan dipercaya
قَالَتْ إِحْدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسْتَـْٔجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ ٱسْتَـْٔجَرْتَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْأَمِينُ
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.” (QS Al-Qashahs: 26)
2. Menjadi pengkhianat Allah dan RasulNya
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al Anfaal: 27)
3. Dibenci Allah
وَلَا تُجَٰدِلْ عَنِ ٱلَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنفُسَهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS An Nisa: 107)
4. Hati menjadi keras
فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَٰقَهُمْ لَعَنَّٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَٰسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ ۙ وَنَسُوا۟ حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَآئِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱصْفَحْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Maidah: 13)
5. Menjadi calon penghuni neraka
ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱمْرَأَتَ نُوحٍ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَٰلِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا وَقِيلَ ٱدْخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ
Artinya: “Allah membuat isteri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam).” (QS At Tahrim: 10)
6. Mendapat azab dari Allah
لِّيُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱلْمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلْمُشْرِكِينَ وَٱلْمُشْرِكَٰتِ وَيَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًۢا
Artinya: “sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzaab: 73)
Semoga tulisan ini memotivasi kita umat Islam untuk bisa dan terus menunjukkan sifat amanah dalam menjalani hidup ini, amin.
KH Ahmad Misbah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Tangerang Selatan
Editor: M. Izzul Mutho