• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 16 Mei 2024

Ramadhan

Amanah

Amanah
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Ilustrasi. (Foto: Freepik)

Kata amanah artinya bisa dipercaya. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yakni amuna- ya’munu- ‎amānatan. KBBI pun merilis terjemahan resmi makna kata amanah dalam bahasa Indonesia. ‎Amanah adalah sesuatu yang dititipkan atau dipercayakan kepada orang lain. Ada pula pendapat ‎Quraish Shihab amanah adalah kepercayaan yang diberikan seseorang untuk dipelihara dan ‎dijalankan sebaik mungkin. Amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada orang lain, setia, dan ‎dapat dipercaya. Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk ‎ditunaikan kepada yang berhak (Amirin, 2007). ‎
‎ 

Orang yang amanah adalah orang yang dapat menjalankan tugas yang diberikan. Jadi amanah ‎sangat luas cakupannya. Amanah meliputi segala yang berkaitan hubungan interpersonal ‎antarmanusia dan hubungan dengan Sang Penguasa Alam, yaitu Allah SWT.‎

‎ 
Amanah memiliki peran penting dalam relasi interpersonal individu. Sikap dan perilaku amanah ‎mampu membentuk hubungan positif antarindividu dan kelompok. Menurut Hamka (1990) amanah ‎merupakan pondasi dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Amanah merupakan ‎perekat sosial dalam membangun solidaritas di masyarakat yang bertujuan membentuk kerja sama ‎sesama individu (Pulungan, 2006). Tanpa amanah kehidupan masyarakat dan bernegara menjadi ‎rusak. Misalkan, banyak perilaku kriminal atau konflik diakibatkan karena tidak amanah dalam ‎menjalankan tugas dan berperilaku.‎
‎ 

Hasil penelitian studi Ivan Muhammad Agung dan Desma Husni Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif ‎Kasim Riau tahun 2016 menunjukkan bahwa orang amanah adalah orang yang memiliki karakter ‎positif (dapat dipercaya, bertanggung jawab, jujur) dan melaksanakan tugas.‎
‎ 

Di zamannya, kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang begitu amanah tergambar dalam ‎suatu peristiwa di mana beliau dipercayai sebagai orang yang mampu menjaga barang titipan atau ‎harta berharga bagi siapa pun yang menitipkan kepadanya, termasuk orang-orang kafir, yang ‎diketahui begitu membenci. ‎
‎ 

‎"Orang-orang kafir di Makkah menentang Rasulullah, mengingkari Beliau, hingga sepakat untuk ‎membunuh Beliau. Namun ketika mereka memiliki harta yang berharga, mereka tak mendapatkan ‎tempat yang mereka percaya untuk menitipkan harta mereka sebagaimana Rasulullah shallallahu ‎‎‘alaihi wa sallam. Mereka percayai Rasulullah dalam menjaga harta berharga milik mereka, dan ‎tidak dikhianati oleh Rasulullah," ungkap Habib Ahmad bin Novel dalam ceramahnya, dikutip dari ‎akun Youtube Muezza, Selasa (25/8/2020). ‎
‎ 

Inilah yang disebut dengan kemuliaan yang sesungguhnya, yakni kemuliaan yang diakui oleh musuh ‎sekalipun. Maka ketika mendengar huru hara bahwa para orang kafir tersebut berniat untuk ‎membunuhnya akan datang ke rumah Nabi dengan pedang di tangannya yang siap menebas, ‎Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam langsung melancarkan niatnya untuk berhijrah pergi dari ‎Kota Makkah. Namun di saat itu Nabi juga memerintahkan Sahabat Ali bin Abi Thalib untuk ‎mengembalikan harta titipan tersebut kepada mereka, orang-orang kafir, pemilik harta tersebut ‎yang ingin membunuh Rasulullah. Sikap amanah yang begitu mulia ini dengan bangga dikisahkan ‎sebagai teladan dari Baginda Nabi Besar Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. ‎
‎ 

Jenis Amanah
Setelah mengetahui pemahaman tentang amanah, mari kita kaji lebih jauh tentang amanah. Ada ‎beberapa jenis amanah yang perlu kita ketahui:‎
‎ 

Pertama: amanah Allah SWT, Sang Pencipta‎
Amanah kepada Allah atau amanah dari Allah yang harus kita lakukan adalah karena kita ‎hambanya Allah, maka kita memiliki amanah untuk menjalankan semua hal yang diperintahkan ‎Allah dan meninggalkan apa pun yang telah dilarang Allah. Sebagaimana FirmanNya:‎
‎ 

يَاأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
‎ 

‎“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan ‎‎(juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu ‎mengetahui.” (QS al-Anfal 8: 27)‎

‎ 
Oleh sebab itu, konsekuensi dari perbuatan mencari kekuatan kepada makhluk lain atau biasa ‎disebut syirik adalah konsekuensi paling berat yang mungkin dilakukan oleh umat Islam.‎
‎ 

Kedua: amanah kepada sesama umat manusia
Jenis amanah kedua adalah amanah kepada individu lain sebagai sesama makhluk. Intensitas ‎terjadinya jenis amanah kedua ini bisa dikatakan yang paling tinggi. Bentuk amanah ini meliputi ‎hak dan kewajiban. Hal ini disampaikan dalam Al-Qur’an:‎
‎ 

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا
‎ 

‎“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." ‎‎(QS an-Nisa 4: 58)‎
‎ 

Ketiga: amanah pada diri sendiri
Amanah yang ketiga yakni kepada diri sendiri. Amanah ini merupakan jenis amanah yang jarang ‎dipahami disadari masyarakat pada umumnya. Kita memahami bahwa tiap manusia adalah ‎pemimpin, tentu amanah kepada diri sendiri pun harus tetap dilakukan. Bahwa kita sebagai ‎individu memilik amanah harus menjadi diri dari kesehatan, kematian, kecelakaan dan ‎sebangsanya karena semua yang kita miliki adalah titipan Allah SWT.‎
‎ 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

‎ 
Artinya : ’’Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung ‎jawaban.’’ (HR Bukhori)‎
‎ 

Ancaman Orang yang Tidak Amanah
Ada beberapa ancaman yang diberikan kepada orang yang tidak amanah:‎
‎1.‎    Tidak akan dipercaya
‎ 

قَالَتْ إِحْدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسْتَـْٔجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ ٱسْتَـْٔجَرْتَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْأَمِينُ

‎ 
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang ‎yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk ‎bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.” (QS Al-Qashahs: 26)‎
‎ 

‎2.‎    Menjadi pengkhianat Allah dan RasulNya
‎ 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

‎ 
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul ‎‎(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan ‎kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al Anfaal: 27)‎
‎ 

‎3.‎    Dibenci Allah
‎ 

وَلَا تُجَٰدِلْ عَنِ ٱلَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنفُسَهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا

‎ 
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. ‎Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” ‎‎(QS An Nisa: 107)‎
‎ 

‎4.‎    Hati menjadi keras
‎ 

فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَٰقَهُمْ لَعَنَّٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَٰسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ ۙ وَنَسُوا۟ حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ ‏عَلَىٰ خَآئِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱصْفَحْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
‎ 

Artinya: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati ‎mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan ‎mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan ‎kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara ‎mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya ‎Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Maidah: 13)‎
‎ 

‎5.‎    Menjadi calon penghuni neraka
‎ 

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱمْرَأَتَ نُوحٍ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَٰلِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ ‏ٱللَّهِ شَيْـًٔا وَقِيلَ ٱدْخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ
‎ 

Artinya: “Allah membuat isteri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. ‎Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba ‎Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada ‎dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): ‎‎“Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam).” (QS At Tahrim: 10)‎
‎ 

‎6.‎    Mendapat azab dari Allah
‎ 

لِّيُعَذِّبَ ٱللَّهُ ٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱلْمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلْمُشْرِكِينَ وَٱلْمُشْرِكَٰتِ وَيَتُوبَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًۢا

‎ 
Artinya: “sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang ‎musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-‎laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzaab: ‎‎73)‎
‎ 

Semoga tulisan ini memotivasi kita umat Islam untuk bisa dan terus menunjukkan sifat amanah ‎dalam menjalani hidup ini, amin.‎

‎ 
KH Ahmad Misbah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Tangerang Selatan


Editor: M. Izzul Mutho


Editor:

Ramadhan Terbaru