Ramadhan

Menggapai Khusyuk

Senin, 3 April 2023 | 16:45 WIB

Menggapai Khusyuk

Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Dalam Al-Qur’an, kata khusyuk dan segala derivasinya disebutkan 16 kali. Khusyuk ‎adalah adalah patuh pada kebenaran. Ada yang mengatakan bahwa khusyuk adalah ‎rasa takut yang terus menerus ada di dalam hati (Ali bin Muhammad al-Jurjani, dalam ‎At-Ta’rifat). Syekh Ala’udin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi mengatakan, ‎khusyuk dalam shalat adalah menyatukan konsentrasi dan berpaling dari selain Allah ‎serta merenungkan segala yang diucapkannya, baik berupa bacaan Al-Qur’an maupun ‎dzikir. ‎
‎ 

Kata khusyuk adalah masdar dari kata (‎خَشَع يَخْشَعُ خُشوعاً‎) yang berarti tunduk, rendah, ‎dan takut. Menurut Ibnu Manzur dalam Lisanul Arab, kata khusyuk berarti ‎mengarahkan pandangannya ke tanah dan menundukkannya serta merendahkan ‎suaranya. Sederhananya, khusyuk adalah suatu keadaan hati seseorang berupa ‎ketenangan, ketundukan, rasa takut, kerendahan diri di hadapan Allah yang nantinya ‎akan memunculkan sikap dalam bentuk fisik, baik berupa ketundukan, kerendahan ‎diri, menundukkan pandangan, dan merendahkan suara.‎
‎ 

Selanjutnya ada beberapa kriteria khusyuk dalam Al-Qur’an, yang bisa dipahami dan ‎bisa jadi dorongan melakukan ibadah dengan khusyuk:‎
‎ 

Pertama, yakin akan bertemu dengan Allah, sebagaimana firman-Nya:‎
‎ 

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ  الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

‎ 
Artinya: ’’Dan mohonlah pertolongan (kepada Tuhanmu) dengan sabar dan shalat. ‎Dan (shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) ‎Mereka yang yakin akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali ‎kepada-Nya.’’ (QS Al-Baqarah: 45-46)‎
‎ 

Kedua, khusyuk (ketundukan hati) dalam mengingat Allah, sebagaimana firman-Nya:‎
‎ 

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ ‏عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
‎ 

Artinya: ’’Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara ‎khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang diwahyukan Allah (kepada ‎mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima ‎kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati ‎mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.’’ ‎‎(QS Al-Hadid: 16)‎
‎ 

Ketiga, bersegera berbuat kebaikan dan berdoa dengan harap dan cemas, ‎sebagaimana Alah dalam Surat Al-Anbiya’: 90‎

‎ 
Keempat, bagi mereka telah disediakan pahala yang besar, sebagaimana firman Allah ‎Surat Al-Ahzab: 35‎
‎ 

Kelima, Ketika dibacakan Al-Qur’an, maka akan bersujud dan bertambah khusyuknya, ‎sebagaimana Allah Surat Al-Isra’: 107-109‎
‎ 

Ketika seseorang sudah sampai pada posisi atau maqom shalat khusyuk, ada beberapa ‎perolehan untuk mereka sebagai balasan antara lain adalah:‎
‎ 

Pertama, orang yang sholat khusyuk dapat memperoleh beruntungan (kebahagiaan) ‎di dunia dan akhirat. Allah berfirman:


  ‎
‎  ‎قَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَۙ الَّذِيۡنَ هُمۡ فِىۡ صَلَاتِهِمۡ خَاشِعُوۡنَ‎ ‎
‎ 

‎"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam ‎shalatnya." (QS Al Muminun Ayat 1-2)‎
‎ 

Kedua, shalat khusyuk juga dapat mencegah perbuatan keji dan munkar sebagaimana ‎firmanNya:‎


اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ‎ ‎
‎ 

‎"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar." (QS Al ‎Ankabut Ayat 45).‎
‎ 

Ketiga, shalat khusyuk juga dapat memberi ketenangan dalam hati, dan tidak gelisah ‎apabila mendapat musibah (cobaan) hidup. Hal ini sebagaimana firman Allah:‎
‎ 

اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًاۙ اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًاۙ وَّاِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًاۙ اِلَّا الْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ دَاۤىِٕمُوْنَۖ

‎ 
‎"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa ‎kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, ‎kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat, mereka yang tetap setia ‎melaksanakan salatnya." (QS Al Ma'arij Ayat 19-23).‎
‎ 

Keempat, shalat khusyuk  dapat menghapus dosa yang kecil, sebagaimana sabda ‎Rasulullah:‎
‎ 

من صلى ركعتين لا يحدث فيهما نفسه، غفر له ما تقدم من ذنبه‎ ‎    

‎ 
‎"Barang siapa sholat dua rakaat, di dalamnya dia tidak berbicara sedikit pun dengan ‎hatinya tentang urusan-urusan keduniaan, niscaya diampuni dosa-dosanya yang ‎lalu." (HR Ibn Abi Sya'ban)‎
‎ 

Dalam hadits lain, Nabi juga bersabda:‎
‎ 

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ...مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ‎ ‎

‎ 
‎"Shalat-shalat fardhu menghapus dosa-dosa kecil yang dikerjakan di antara waktu-‎waktu itu, selama tidak ada dosa-dosa besar yang dikerjakannya." (HR Ahmad, ‎Muslim, Tirmizi).‎

‎ 
Selanjutnya ketika sudah mengetahui apa dan bagaimana ibadah khusyuk atau lebih ‎sederhananya shalat khusyuk. Selanjutanya sebaiknya mengetahui dan berharap bisa ‎melaksanakan ibadah shalat secara khusyuk. Ada beberapa tahapan-tahapan yang ‎harus dilakukan agar bisa ibadah shalat dengan khusyuk di antaranya adalah:‎
‎ 

‎1.‎    Persiapan yang baik ketika akan shalat
Ada persiapan-persiapan yang harus dilakukan ketika kita akan melakukan ibadah ‎shalat. Di antaranya ikut menjawab adzan yang dikumandangkan oleh muadzin, ‎kemudian diikuti dengan membaca doa yang disyariatkan, bersiwak untuk ‎membersihkan mulut dan menyegarkannya, kemudian berpakaian yang baik dan ‎bersih, sebagaimana firman Allah:‎
‎ 

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١)‏

‎ 
‎“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, ‎makanlah dan minumlah. Jangan berlebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai ‎orang yang berlebihan.” (QS al-A’raaf: 31)‎
‎ 

‎2.‎    Berdoa memohon perlindungan dari godaan setan
Setan selalu berusaha datang kepada siapa saja yang akan menghadap Allah. oleh ‎karena itu seorang hamba hendaknya siap dan tegar dalam beribadah kepada ‎Allah Ta’ala, seraya tetap melakukan amalan-amalan dzikir ataupun shalat, ‎sehingga tidak akan tertipu oleh godaan dan rayuan setan. Allah berfirman:‎
‎ 

‏… إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (٧٦)‏

‎ 
‎“Sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” ( QS an-Nisa’: 76)‎
‎ 

‎3.‎    Menghayati makna bacaan shalat
Al-Qur’an diturunkan agar direnungkan dan dihayati maknanya. Sehingga ‎sangatlah baik apabila memahami apa yang dbaca dalam ibadah terutama shalat, ‎sebagaimana firman Allah:‎
‎ 

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ (٢٩)‏

‎ 
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh berkah, supaya ‎mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang ‎yang mempunyai pikiran”. (QS Shaad: 29)‎
‎ 

‎4.‎    Tuma’ninah
Dalam beribadah Rasulullah selalu tuma’ninah dalam shalatnya, sehingga seluruh ‎anggota badannya menempati posisi semula, bahkan Rasulullah memerintahkan ‎orang yang buruk shalatnya supaya melakukan tuma’ninah sebagaimana sabda ‎beliau:‎
‎ 


أسوأ الناس سرقة الذى يسرق من صلاته قالوا كيف يسرق من صلاته قال لا يتم ركوعها ولا سجودها ولا خشوعها (أحمد(

‎ 
‎“Bahwa Rasulullah bersabda: “Seburuk-buruk pencurian yang dilakukan manusia ‎adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya,”ya Rasulullah, ‎bagaimana orang yang mencuri shalatnya? Lalu beliau bersabda: “Ia tidak ‎menyempurnakan ruku’, sujudnya, dan khusyuknya.” (HR Ahmad)‎
‎ 

‎5.‎    Membaca Al-Qur’an dengan tartil
Beribadah shalat dengan bacaan yang tartil akan berpengaruh terhadap ‎ketenangan dan kenikamatan ibadah shalatnya dan selanjutnya akan mendapat ‎kekhusyukan dalam shalatnya. Hal ini berdasarkan firman Allah:‎
‎ 

‏… وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا (٤)‏

‎ 
‎“Dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan.” (QS al-Muzammil: 4)‎
‎ 

Demikian uraian singkat, semoga menambah khusyuk, khususnya saat shalat.‎
‎ 

KH Ahmad Misbah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Tangsel
Editor: M. Izzul Mutho