• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Rabu, 15 Mei 2024

Ramadhan

Syukur kepada Allah

Syukur kepada Allah
Ilustrasi. (Foto: NU Online)
Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Bersyukur adalah kalimat yang, barangkali, mudah diucapkan. Banyak juga orang yang mengingatkan orang lain untuk bersyukur, namun kenyataanya banyak pula orang belum bisa atau tidak bisa untuk menunjukkan sikap syukur kepada Alah atas nikmat yang diterimanya.


Agar kita lebih paham bersyukur yang pada gilirannya terus bisa menujukkan sikap syukur dalam kehidupan sehari-hari ada baiknya memahami pengertian tentang syukur dimaksud.


1.    Berasal dari bahasa arab dengan kata dasar “syakara” yang artinya berterima kasih, bentuk masdar dari kalimat ini adalah syukr, syukraan yang artinya rasa terima kasih.
2.    Syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah SWT, dan untunglah (menyatakan perasaan lega, senang dan sebagainya).
3.    Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya. 


Di sisi lain Allah menyampaikan pengertian tentang syukur dalam Al-Qur’an. Paling tidak ada tiga ayat yang dikemukakan tentang pengertian syukur:


1.    Syukur adalah mensyukuri nikmat Tuhan-Nya dan berpikir tentang cipataan-Nya  dengan mengingat limpahan karunia-Nya


وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ خِلۡفَةٗ لِّمَنۡ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوۡ أَرَادَ شُكُورٗا ٦٢ 


“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS Al-Furqan/25: 62)


2.    Syukur adalah orang yang berusaha untuk bersyukur. Hati dan lidahnya serta seluruh anggota tubuhnya sibuk dengan rasa syukur dalam bentuk pengakuan, keyakinan, dan perbuatan.


يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٖ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٖ رَّاسِيَٰتٍۚ ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرٗاۚ وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ ١٣ 


“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah) dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.” (QS Saba/34: 13)


3.    Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa syukur menurut istilah adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya. Di mana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan


إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا 


“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS Al-Insaan/76: 9)


Setelah kita mengetahui pemahaman tetang syukur, lalu bagaimana cara kita mensyukuri nikmat Allah. Syekh Abdul Qadir al-Jailani menjelaskan tentang cara bersyukur sebagai berikut:


1.    Bersyukur dengan lisan adalah nikmat itu berasa dari Allah SWT. dan tidak menyandarkan kepada makhluk atau kepada dirimu sendiri, dayamu, kekuatanmu, atau usahamu.


2.    Bersyukur dengan hati adalah dengan keyakinan yang abadi, kuat, dan kokoh bahwa semua nikmat, manfaat, dan kelezatan yang ada padamu, baik lahir maupun batin gerakanmu. maupun diammu adalah berasal dari Allah SWT, bukan dari selain-Nya. Dan kesyukuranmu dengan lisanmu merupakan ungkapan dari apa yang ada di dalam hatimu. 


3.    Bersyukur dengan anggota badan adalah dengan menggerakkan dan menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah bukan untuk selain-Nya. Misalnya syukur dengan mata, yakni digunakan untuk melihat apa yang dihalalkan oleh Allah, dan menjaga mata dari apa yang Allah haramkan. Dengan begitu Allah akan memberikan kelezatan iman dalam hatinya.


Kapan kita bersyukur? kiranya pertanyaan ini tidak perlu dipertanyakan kembali setelah kita mengetahui betapa besar nikmat yang diberikan Allah kepada hambaNya. Sehingga tiada ucapan syukur melainkan setiap saat kapan pun dan di mana pun. Rasul telah memberikan contoh waktu-waktu di saat kapan kita harus bersyukur, diantaranya saat bangun tidur, ketika bangun untuk bertahajjud, ketika berpakaian, sebelum makan, sesudah makan, ketika akan tidur, dan lain sebagainya. Rasulullah selalu bersyukur dengan mengucapkan “alhamdulillah”.


Mengapa manusia lupa atau bisa dikatakan tidak bisa bersyukur? Ini terjadi karena terlalu banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia sehingga manusia tak mampu menghitungnya. Lalu menganggap itu adalah hasil kerjanya, yang pada gilirannya menganggap tidak adnaya campur tangan Allah atau saking sibuknya menghitung nikmat sehingga tak ada kesempatan atau lupa untuk bersyukur.


Muhammad Syafi’ie el-Bantanie berpendaapat tentang hal-hal yang bisa menjadikan manusia tidak pandai menyukuri nikmat Allah:


a.    Cinta dunia
Cinta dunia akan membuat diri kita akan selalu merasa kurang dan tidak puas pada apa yang dimiliki dan menjadikan serakah serta lupa diri, lupa untuk bersyukur dengan apa yang dimiliki. 


b.    Bakhil
Orang yang bakhil akan menahan hartanya dan enggan mendermakan hartanya. Bakhil akan menjauhkan seseorang dari sikap syukur, bahkan mendatangkan azab Allah di dunia dan di akhirat, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imron Ayat 180.


c.    Hasud
Sifat Hasud merupakan cerminan rasa tidak puas terhadap apa yang telah dikaruniakan Allah, karena itu hasud menjauhkan seseorang dari syukur.


Selanjutnya kepada siapa kita harus bersyukur? Paling tidak ada 2 kita harus bersyukur.
a.    Kepada Allah sebagai pemberi nikmat


فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ ١٥٢ 


’’Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku’’ (QS Al-Baqarah /2/152)


b.    Kepada kedua orang tua,


وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤ 


‘’Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.’’ (QS Luqman/31/14)


Ketika manusia sudah pandai menyukuri nikmat Allah, apa fadhilah atau efek yang didapatkan ketika sudah bersyukur:


1.    Ditambahkan nikmatnya oleh Allah (QS Ibrahim/14: 7)
2.    Mendapatkan kebahagiaan (QS Thaha/20: 130 ; Ar-Ra’du/13: 28)
3.    Hidupnya menjadi lebih berkah (QS Luqman/31: 12)
4.    Diberikan pengetahuan tanda kebesaran Allah (QS AlA’raf/7: 58)
5.    Diberikan pahala mutlak tanpa syarat (QS Ali Imran/3: 145)
6.    Diberikan balasan kenikamatan (QS Al-Qamar/54: 35)
7.    Dibebaskan dari siksaan (QS An-Nisa/4: 147)
8.    Dibenci dan dijauhkan dari syetan (QS A-A’raf/7: 17)


Demikian tulisan ini, semoga bisa memotivasi semua untuk terus berusaha menjadikan dirinya pandai beryukur kepada Allah dan mendapat kebaikan-kebaikan dari sikap syukurnya, amin.


KH Ahmad Misbah, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Tangsel
Editor: M. Izzul Mutho


Editor:

Ramadhan Terbaru