• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 16 Mei 2024

Keislaman

Hukum Shalat Hadiah yang Diselenggarakan Keluarga Mayat…

Hukum Shalat Hadiah yang Diselenggarakan Keluarga Mayat…
Ilustrasi pemakaman. (Foto; Suwitno/NUO)
Ilustrasi pemakaman. (Foto; Suwitno/NUO)

SAAT hidup merupakan momentum penanaman dan masa mati adalah waktu untuk memanen. Rasulullah saw bersabda:

 

 إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 

’’Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)



Dikutip dari NU Online, Syekh Ali Ma’shum menukil penjelasan Ibnu Taimiyah, yang menyatakan bahwa “Sesungguhnya orang yang telah meninggal dunia mendapatkan manfaat dari bacaan Al-Qur’an, sebagaimana manfaat yang diperolehnya dari ibadah maliyah (yang berkaitan dengan harta) seperti sedekah.



Ibnu Qoyyum dalam kitab “Ar-Ruh” menyatakan bahwa hadiah yang paling utama diberikan kepada mayit atau orang yang telah meninggal dunia adalah sedekah, bacaan istighfar, dan doa, serta ibadah haji untuknya.

 

Dinyatakan juga bahwa bacaan surat Al-Fatihah dan ayat-ayat Al-Qur’an yang dihadiahkan akan sampai pahalanya kepada orang yang sudah meninggal tersebut. Membacakal Al-Qur’an kepada orang yang meninggal dunia adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Bahkan di dalam kitab Fathul Qadir yang menukil hadits riwayat Sahabat Ali karramallahu wajhah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

 

 مَنْ مَرَّ عَلَى الْمَقَابِرِ وَقَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ إِحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً ، ثُمَّ وَهْبَ أَجْرَهُ لِلأَمْوَاتِ أُعْطِيَ مِنَ الأَجْرِ بِعَدَدِ الأَمْوَاتِ

 

’’Barangsiapa melewati pemakaman kemudian ia membaca surat al-Ikhlas sebanyak sebelas kali yang pahalanya dihibahkan kepada semua orang yang sudah meninggal dunia di pemakaman itu, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak jumlah orang yang dmakamkan di pemakaman itu.’’

 


Demikianlah penjelasan Syekh Ali Ma’shum. Dia juga mengutip sabda Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah.



 مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَأَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ ثُمَّ قَالَ إِنِّي جَعَلْت ثَوَابَ مَا قَرَأْت مِنْ كَلَامِك لِأَهْلِ الْمَقَابِرِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَانُوا شُفَعَاءَ لَهُ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

 

’’Barangsiapa memasuki komplek pemakaman kemudian ia membaca surat al-Fatihah, lalu surat al-Ikhlas, lalu surat at-Takatsur, kemudian ia mengatakan bahwa saya memberikan pahala bacaan tersebut kepada para ahli kubur dari kalangan orang mukmin laki-laki dan perempuan, maka mereka semua para ahli kubur akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.’’



Para pembaca NU Online Banten yang dimuliakan Allah. Ada pertanyaan begini. Bagaimana hukumnya shalat hadiah yang diselenggarakan oleh keluarga mayat pada malam pertama dengan mengundang keluarga dan tetangganya, sesudah shalat kemudian dihidangkan makanan dan kemudian bubaran?



Muktamar Nahdlatul Ulama VI di Cirebon, Jawa Barat, yang dilaksanakan 12 Rabius Tsani 1350/27 Agustus 1931, seperti dikutip dari Juz Awal Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat Mu’tamirat Nahdlatil Ulama, Kumpulan Masalah Diniyah dalam Muktamar Nahdlatul Ulama PBNU, Penerbit CV Toha Putra Semarang, menjawab sebagai berikut:



Apabila shalat tersebut shalat sunnah mutlaqah dan pahalanya dihadiahkan kepada mayat, maka hukumnya tidak mengapa (boleh) dan menurut suatu pendapat pahala tersebut dapat sampai dan manfaat kepada mayat.

Apabila shalat tersebut diniatkan shalat hadiah kepada mayat, maka shalat tersebut tidak sah dan hukumnya haram, karena mengerjakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya (fasidah).

Rujukan: Kitab Tuhfatul Muhtaj Juz II Bab Shalat Isyraq

 


ان كانوا يصلون صلاة سنة مطلقة ويهدون مثل ثوابها على الميت فلا بأس بها وتنفع الميت على قول، فان صلوا بنية صلاة الهدية الى الميت فلا تصح صلاتهم وتحرم لتعاطيهم عبادة فاسدة. قال فى الجزء الثانى من تحفة المحتاج فى باب صلاة الاشراق ما نصه: ولا تصح الصلوات بتلك النيات التى استحسنها الصوفية من غير ان يرد لها اصل فى السنة. نعم ان اطلق الصلاة ثم دعا بعدها بما يتضمن نحو استعاذة اواستخارة مطلقة لم يكن بذلك بأس اه واما حديث صلاة الهدية الذى ذكر فى الميهى فلا يعرف صحة روايه اه.


Wallahu a’lam bisshawab


Keislaman Terbaru