Opini

Frugal Living dalam Perspektif Pendidikan Islam

Selasa, 11 Maret 2025 | 21:54 WIB

Frugal Living dalam Perspektif Pendidikan Islam

Ilustrasi Hidup Sederhana. (Foto: Freepik.com)

Hidup sederhana atau frugal living merupakan gaya hidup yang semakin populer di era modern ini, terutama di tengah tantangan ekonomi, lingkungan, dan sosial yang kompleks. Konsep ini tidak hanya sekadar tentang menghemat uang, tetapi juga tentang menciptakan kehidupan yang lebih bermakna, berkelanjutan, dan selaras dengan nilai-nilai spiritual. Dalam perspektif pendidikan Islam, hidup sederhana memiliki akar yang dalam dan relevan dengan ajaran agama yang menekankan keseimbangan, keadilan, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, dan alam semesta.

 

Konsep Hidup Sederhana dalam Islam

Islam sebagai agama yang komprehensif telah mengajarkan prinsip-prinsip hidup sederhana melalui Al-Qur’an dan Hadis. Konsep hidup sederhana dalam Islam sering dikaitkan dengan istilah zuhud, yang berarti tidak terikat pada harta duniawi dan lebih mengutamakan kehidupan akhirat. Namun, zuhud bukan berarti menolak kekayaan atau hidup dalam kemiskinan, melainkan lebih kepada sikap batin yang tidak tergantung pada materi dan selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.

 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 31:

”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

 

Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk hidup secukupnya dan menghindari sikap berlebihan (israf), yang dapat merusak keseimbangan hidup. Selain itu, Rasulullah SAW juga mencontohkan gaya hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Beliau hidup dengan apa yang diperlukan, tidak menumpuk harta, dan selalu berbagi dengan orang lain.

 

Pendidikan Islam dan Pembentukan Kesadaran Hidup Sederhana

Pendidikan Islam memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran dan perilaku hidup sederhana. Melalui pendidikan, nilai-nilai Islam dapat diinternalisasi dalam diri individu, sehingga mereka mampu menjalani kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pembentukan karakter (akhlak) dan spiritualitas.

 

Pertama, pendidikan Islam mengajarkan tentang konsep tawazun (keseimbangan). Hidup sederhana adalah bentuk keseimbangan antara kebutuhan materi dan spiritual. Pendidikan Islam harus menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ini, sehingga individu tidak terjebak dalam materialisme yang berlebihan.

 

Kedua, pendidikan Islam mengajarkan tentang tanggung jawab sosial. Hidup sederhana bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kebaikan bersama. Dengan mengurangi konsumsi yang berlebihan, seseorang dapat berkontribusi pada pengurangan kesenjangan sosial dan pelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran).

 

Ketiga, pendidikan Islam mengajarkan tentang pentingnya bersyukur (syukur). Dengan hidup sederhana, seseorang akan lebih mudah merasakan nikmat dan berkah dari Allah SWT. Pendidikan Islam harus menanamkan sikap syukur ini sejak dini, sehingga individu tidak selalu mengejar hal-hal materi yang bersifat sementara.

 

Data dan Penelitian Terbaru tentang Hidup Sederhana

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa hidup sederhana memiliki dampak positif pada kesejahteraan mental, sosial, dan lingkungan. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Harvard pada tahun 2022, individu yang menerapkan gaya hidup sederhana cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kepuasan hidup yang lebih tinggi. Studi ini juga menemukan bahwa hidup sederhana dapat mengurangi jejak karbon, sehingga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

 

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Islamic Relief Worldwide pada tahun 2021 menunjukkan bahwa masyarakat yang menerapkan prinsip hidup sederhana dalam perspektif Islam cenderung lebih peduli terhadap masalah sosial dan lingkungan. Mereka lebih aktif dalam kegiatan amal dan lebih sadar akan pentingnya menjaga sumber daya alam.

 

Di Indonesia, sebuah survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2023 menemukan bahwa 65% responden setuju bahwa hidup sederhana adalah solusi untuk mengatasi masalah ekonomi dan lingkungan. Survei ini juga menunjukkan bahwa generasi muda semakin tertarik pada gaya hidup minimalis dan berkelanjutan.

 

Implementasi Hidup Sederhana dalam Kehidupan Sehari-hari

Implementasi hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari dapat dimulai dari hal-hal kecil. Pertama, mengurangi konsumsi yang tidak perlu. Misalnya, membeli barang hanya ketika benar-benar dibutuhkan, bukan karena keinginan sesaat. Kedua, memanfaatkan sumber daya secara efisien, seperti menghemat air dan listrik. Ketiga, berbagi dengan orang lain, baik dalam bentuk materi maupun waktu.

 

Dalam konteks pendidikan Islam, sekolah dan keluarga dapat menjadi tempat utama untuk mengajarkan hidup sederhana. Sekolah dapat mengintegrasikan nilai-nilai hidup sederhana dalam kurikulum, sementara keluarga dapat memberikan contoh konkret melalui gaya hidup sehari-hari.

 

Hidup sederhana dalam perspektif pendidikan Islam bukan hanya tentang menghemat uang, tetapi juga tentang menciptakan kehidupan yang bermakna, berkelanjutan, dan selaras dengan nilai-nilai spiritual. Pendidikan Islam memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran dan perilaku hidup sederhana, melalui penanaman nilai-nilai keseimbangan, tanggung jawab sosial, dan syukur.

 

Data dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa hidup sederhana memiliki dampak positif pada kesejahteraan mental, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengadopsi gaya hidup ini, tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kebaikan bersama dan kelestarian bumi.

Wallahu a’lam bis shawab.

 

Singgih Aji Purnomo, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Amanah Al-Gontory, Redaktur Pelaksana Warta NU Online Banten