• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Opini

Memuliakan Guru dan Futuh Ilmu

Memuliakan Guru dan Futuh Ilmu
Ilustrasi. (NUO)
Ilustrasi. (NUO)

GURU (pendidik) adalah penghantar ilmu. Sebagai wasilah ilmu kepada para muridnya, guru jelas adalah sosok yang extraordinary, luar biasa. Maka, tak heran sekelas Khalifah IV Umat Islam, Ali bin Thalib RA berujar,”Aku adalah hamba dari siapa pun yang mengajariku walaupun hanya satu huruf. Aku pasrah padanya. Entah aku dijual, dimerdekakan atau tetap sebagai hamba.” Redaksi ini seperti dikutip dan diabadikan oleh Imam al-Zarnuji dalam kitab fenomenalnya, Ta’lim al-Muta’alim, halaman 16).

 


Perkataan sahabat kinasih Nabi Muhammad, yang masuk Islam kali pertama dari golongan anak-anak yang kala itu berusia 10 tahun, menunjukkan bentuk memuliakan dan pengabdian yang sangat tinggi pada siapa pun yang pernah mengajarinya, walaupun hanya satu huruf. Bahkan sepupu Rasulullah Muhammad saw ini, mengibaratkan hubungan guru dengan murid seperti tuan dan budaknya. Sebagaimana budak senantiasa menjalankan titah dari tuannya.

 


Seorang guru ketika mentransfer ilmu kepada muridnya dalam proses belajar mengajar, sejatinya ia telah memberikan sebuah perhiasan yang tidak ternilai harganya. Ilmu adalah perhiasan. Maka, orang yang telah memiliki ilmu, ia telah memiliki perhiasan, keutamaan, dan tanda bagi setiap sesuatu yang terpuji. (Imam al-Zarnuji, Kitab Ta’lim al-Muta’alim, halaman 6).



Menjadi guru adalah panggilan suci karena merupakan sekelompok manusia pilihan. Mereka adalah manusia beruntung di dunia dan akhirat karena mereka sosok pendidik yang berilmu, menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari keburukan. “ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran:104).



Bahkan seperti dikutip oleh Imam al-Ghazali, dari hadits riwayat Ibnu Abbas, seorang guru/pendidik yang mengajarkan tentang kebaikan kepada manusia, maka segala sesuatu (di muka bumi) hingga ikan al-hoot (paus) di samudra akan memintakan ampunan kepadanya (Kitab Ihya’ Ulumuddin, juz 1 halaman 12).

 


Dari Firman Allah dan Sabda Rasulullah tersebut, dapat disimpulkan betapa kemuliaan seorang guru/pendidik terhadap kebaikan akan mendapatkan prioritas dan skor tinggi di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Maka, sebagai murid kita wajib memuliakan guru-guru kita.

 


Berkaca dari kerendahan hati dan kesucian jiwa Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam memuliakan gurunya, yakni Rasulullah saw, maka Allah swt memberikan ilmu laksanaka samudra tak bertepi (futuh ilmu) kepada Sayyidina Ali, dengan keluarnya Sabda dari Rasulullah saw, “Ana Madinatul Ilmi wa ‘Aliyyn Babuha.” disitir oleh Imam Bazzar, Thabrani, Jabir bin Abdillah dan diabadikan oleh Imam At-Tirmidzi dan Imam Hakim, yang dihasankan kehadisannya oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuti, yang artinya, “Aku (Rasulullah) adalah kota ilmu dan Ali pintu masuknya.” (Kitab Tharikh al-Khulafa, terbitan Daar Al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut Lebanon, halaman 109).

 

Wallahu ‘alamu bisshawab

 


K Hadi Susiono Panduk, AMa, SS, Kolumnis Muslim asal Kudus, Jawa Tengah; Rais Syuriyah MWCNU Bayah; Sekretaris Umum MUI Kecamatan Bayah; Ketua ISNU Kecamatan Bayah, Pengurus MUI Kabupaten Lebak; Pengurus Pergunu Kabupaten Lebak; Lulusan Pondok Pesantren Al-Khoirot, Sabilillah Kudus; MAN Nahdlatul Muslimin Kudus; serta Universitas Diponegoro Semarang


Opini Terbaru