Kiai Hadi Susiono Panduk
Kolomnis
“KITA harus selalu ingat, setiap pemimpin dalam setiap tingkatan. Pekerjaan kita harus untuk rakyat, bukan kita bekerja untuk diri sendiri, bukan untuk kerabat, bukan untuk pemimpin-peminpin kita. Pemimpin yang harus bekerja untuk rayat.” Petikan pidato Presiden Prabowo Subianto pascapengucapan sumpah jabatan tersebut, disambut gemuruh oleh ribuan peserta Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang digelar di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Ahad, 20 Oktober 2024, dalam agenda tunggal Pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2024-2029.
Dalam orasi heroik-patriotik sang presiden, tampak kentara citra dan postur pemerintahan Prabowo-Gibran lima tahun ke depan terformulasikan. Etika demokrasi tanpa caci maki, dendam akut, kemunafikan harus tidak menghiasi ruang publik para pemimpin. Tetapi, kebersamaan, persatuan, dan kolaborasi adalah keniscayaan yang harus dirajut oleh para pemimpin di Indonesia. Para pemimpin harus memberikan uswatun hasanah, ing ngarso sung tulodo, karena sesungguhnya rusaknya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara bermula dari rusaknya para pemimpin, ibarat peribahasa ‘ikan membusuk mulai dari kepala.’
Presiden Prabowo dalam hal ini, telah memberikan model politik kooperatif dengan para rival politiknya. Tercatat debut Prabowo dimulai pada saat menjadi calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri. Duet Mega-Pro kandas setelah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, memenangi helatan pemilihan presiden 2009.
Lima tahun berselang, Prabowo maju sebagai calon presiden bergandengan dengan wakilnya, Hatta Rajasa. Pasangan ini harus mengakui keunggulan pasangan calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014, karena hanya mengantongi suara 46,84 persen, sedangkan rivalnya memperoleh suara sebanyak 53,13 persen.
Tidak berhenti di situ. Prabowo kembali maju menantang petahana, yakni Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019, dengan menggandeng Sandiaga Uno. Lagi-lagi, pil pahit harus ditelan pasangan Prabowo-Sandiaga, karena mereka dipaksa takluk, ketika head to head dengan pasangan Joko Widodo dengan Kiai Ma’ruf Amin.
Seolah tidak kapok dan terus bersemangat dalam mengikuti pesta demokrasi lima tahunan, Prabowo pada 2024 maju kembali sebagai calon presiden didampingi Gibran Rakabuming Raka, putra sulung mantan rival politiknya, Presiden Joko Widodo. Pasangan ini, pada akhirnya menang atas pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, dan Ganjar Pranowo- Mahfudz MD dari arena Pilpres 2024.
Dengan pidato berapi-api, setelah diambil sumpah jabatan sebagai presiden, disaksikan oleh 19 kepala negara dan kepala pemerintahan serta 15 utusan khusus dari negara-negara sahabat, Prabowo tampak pede, berbicara tentang analisis SWOT kebangsaan (strengths, weaknesses, opportunities dan threats). Dengan jiwa terbuka terhadap self-critic, Presiden Prabowo menggungah para pemimpin untuk tidak alergi terhadap kritik, evaluasi dan memiliki keberanian serta tidak takut dengan intimidasi dari negara lain terhadap kedaulatan bangsa Indonesia.
Prabowo juga mengingatkan agar kita tidak begitu saja puas karena Indonesia masuk dalam kelompok negara G20, dan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia. Tetapi, kenyataan di lapangan, tingkat kemiskinan masih besar, banyak anak Indonesia kurang gizi, lapangan kerja yang masih sulit dan persoalan kebutuhan dasar lainnya.
Prabowo Subianto juga menyinggung bahwa Indonesia harus mampu berswasembada pangan dan energi, di saat terjadi pergolakan dunia yang tidak menentu karena perang. Presiden mengingatkan agar kita prepare for the worst, bersiap terhadap keadaan terburuk dengan swasembada pada kedua komoditas tersebut, dan pengelolaan sumber-sumber daya alam agar tidak berharga murah dengan program hilirisasi semua komoditas dalam negeri.
Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bersama all the president’s men harus tancap gas untuk bekerja demi mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara seperti termaktub dalam Preambule UUD 1945, yang juga tercitrakan dalam visi-misi strategis “Asta Cita,” yang meliputi: ekonomi yang kuat dan merata, pendidikan berkualitas, pertahanan nasional yang kokoh, infrastruktur yang berkelanjutan, pemerintahan yang bersih dan efisien, kesehatan publik yang lebih baik, keamanan dan ketertiban publik, hubungan luar negeri yang kuat dan terhormat.
Pada akhirnya, jika pasangan Prabowo-Gibran dalam lima tahun ke depan mampu menepati janji-janji politik, maka Presiden Prabowo sudah tidak akan melihat seorang tua berusia 70 tahun yang masih harus mengayuh becak karena tingkat kesejahteraan di Indonesia belum beranjak ke tingkat yang lebih baik, seperti isi pesan politik Prabowo, yang dihadiahi standing ovation oleh para peserta Sidang Paripurna MPR, ketika hari pertama menjadi presiden Republik Indonesia,”Kita harus mengerti dan sadar selalu bahwa bangsa yang merdeka adalah bangsa yang rakyatnya merdeka. Rakyat harus bebas dari ketakutan, kemiskinan, kelaparan, kebodohan, penindasan, dan bebas dari penderitaan.”
Kini semua mata anak bangsa tertuju pada pemerintahan Prabowo-Gibran yang baru saja dilantik karena mengharapkan perubahan yang lebih baik pada hajat hidup mereka. Rakyat akan memberikan skor tertinggi dan mencatat dengan tinta emas semua legacy yang ditinggalkan, jika orasi yang bersifat heroik-patriotik pada 20 Oktober 2024 dapat diterjemahkan menjadi program-program pro-wong cilik, dan mampu mengerek kesejahteraan serta kemakmuran rakyat bukan malah menguntungkan para cukong dan taipan-oligarki atau hanya sekadar omon-omon semata. Jangan hanya ambil suara rakyat, tetapi tidak dengan hati mereka.
Semoga!
Wallahu ‘alamu bisshawab
Kiai Hadi Susiono Panduk, Kolumnis Muslim Kelahiran Undaan Kidul, Kudus, Jawa Tengah. Alumnus Pondok Pesantren Sabilillah, al-Khoirot dan MA Nahdlatul Muslimin, Kudus dan Universitas Diponegoro Semarang. Wakil Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Lebak, Pengurus MUI Kabupaten Lebak, Dewan Pakar ICMI Orwil Banten, dan Majelis Pakar P2i Provinsi Banten
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tradisi Ziarah Kubur saat Sya’ban
2
Membayar Kafarat Utang Puasa Ramadhan yang Belum Dilunasi
3
LBM-RMI PCNU Tangsel Kembali Gelar Bahtsul Masail Antar-Pesantren se-Jabodetabek
4
Malam Nisfu Sya’ban, Baca Doa Berikut Ini
5
Diluncurkan, Tiga Mustika ala Muslimat NU
6
Mengenakan Peci Hitam, Kapolres Tangsel Silaturahim ke PCNU Tangsel
Terkini
Lihat Semua