Opini

Suka Membaca Shahih Bukhari? Bacalah Syarah Ini!

Sabtu, 11 Januari 2025 | 15:24 WIB

Suka Membaca Shahih Bukhari? Bacalah Syarah Ini!

A’lam al-Sunnan karya Imam al-Khattabi. (Foto: NUOB/Muhammad Hanifuddin)

ANDA tidak akan menyesal. Tidak pula merugi. Sebaliknya. Anda akan beruntung. Bahagia dan menikmati. Bagaimana tidak. Mendaras Shahih Bukhari akan menjadi mudah. Asyik dan menantang. Sabda-sabda Baginda Nabi Muhammad saw terasa dekat dengan kita. Baik secara teks maupun konteks. Imam al-Khattabi (388 H) akan menuntun kita. Tepatnya, melalui karyanya yang berjudul A’lam al-Sunnan.



Melalui kitab setebal 3 jilid, masing-masing jilid 500 halaman ini, Imam al-Khattabi mengurai kata demi kata hadits Shahih Bukhari. Baik dengan pisau analisa ilmu bahasa, ilmu musthalah hadits, fiqih, ataupun ushul fiqih. Karenanya, jika Anda selama ini suka belajar hadist, maka akan tertarik belajar fiqih. Begitu pula sebaliknya. Dulu, setelah merampungkan menulis syarah Sunan Abu Dawud (275 H), Imam al-Khattabi diminta untuk mensyarah Shahih al-Bukhari.




Sebagaimana dinyatakan oleh Yusuf al-Kattani, syarah Imam al-Khattabi ini adalah syarah pertama Shahih Bukhari. Dengan begitu, dapat kita katakan bahwa Imam al-Khattabi adalah “bapak syarah Shahih Bukhari”. Karena itu, tidak aneh jika menjadi rujukan primer ulama-ulama penulis kitab syarah generasi berikutnya. Semisal Imam al-Kirmani (786 H), Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani (852 H), dan Imam Badruddin al-‘Aini (855 H).

 

 
Imam al-Khattabi hidup sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Imam al-Khattabi berdagang. Menjauhi pemberian pemerintah. Juga menjauhi jabatan. Fokus untuk mengembangkan ilmu. Menulis dan mengajar. Dengan pilihan laku hidup wirai ini, tidak aneh jika karya-karyanya abadi.



Di antara tokoh yang membentuk kepakaran Imam al-Khattabi adalah Imam Ibnu al-‘Arabi (340 H), Imam Ibnu Dasah (346 H), Imam Abu al-‘Abbas al-‘Asham (346 H), dan Imam al-Qaffal al-Syasyi (365 H).


Selain meninggalkan karya tulis yang tak lekang oleh zaman, Imam al-Khattabi juga meninggalkan murid yang digdaya pilih tanding. Menjadi penerus kebesaran nama Imam al-Khattabi. Di antara muridnya adalah Imam al-Hakim (405 H), penulis kitab al-Mustadrak dan Imam Abu Hamid al-Isfarayini (410 H), tokoh penting Madzhab Syafi’iyah, bergelar Syaikhul ‘Iraqiyin (maha guru ulama Irak). Dari tokoh besar, lahirlah tokoh besar.

Lantas tertarikah Anda?

 



Kiai Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Ma’had Darus-Sunnah Jakarta