• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Pesantren

Ingin Lebih Maksimal Ikut Memberdayakan Masyarakat, Berharap Bisa Diakses Kapan Saja

Ingin Lebih Maksimal Ikut Memberdayakan Masyarakat, Berharap Bisa Diakses Kapan Saja
Sekolah Tinggi Agama Islam KH Abdul Kabier melengkapi jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)
Sekolah Tinggi Agama Islam KH Abdul Kabier melengkapi jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang, Petir, Kabupaten Serang. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)

SETELAH KH Idy Faridy Hakim meninggal, estafet pesantren lebih banyak dipegang generasi ketiga, meski generasi kedua masih ada yang hidup. Saat ini Pondok Pesantren Nur El Falah Kubang punya banyak santri. Yang sekolah ada sekitar 2 ribu orang. Sedangkan yang tinggal di pondok ada sekitar 400 santri. Kini, ada MI, SMP, SMA, MTs, MA, SMK, dan Sekolah Tinggi Agama Islam KH Abdul Kabier (STAIKHA). Ada juga koperasi pesantren dan lembaga komputer. Pesantren berdiri di luas tanah 7 hektare.

 


’’Tetap menjaga eksistensi salaf, seperti ada nahwu, sharaf. Hanya dengan cara pengajaran memakai bahasa Indonesia dikarenakan banyak santri yang berasal luar daerah. Santri mondok sekitar 400 santri dan yang hanya sekolah saja ada 2000an,’’ ujar KH Ahmad Yury Alam Fathullah, didampingi adiknya, Gus Royhan Imamul Muttaqin, generasi ketiga yang meneruskan kepemimpinan Pondok Pesantren Nur El Falah saat ini kepada NUOB, Selasa (15/8/2023).

 


Pondok Pesantren Nur El Falah saat ini konsisten mencetak kader ulama yang intelek sesuai visi misi dari didirikannya pesantren ini. Yang menarik, kini pesantren serius membangun pesantren berbasis teknologi sehingga orang tua santri dapat melakukan pemantauan kegiatan santri dengan cara online baik kehadiran, kesehatan, kegiatan, nilai, prestasi, tabungan, dan pelanggaran.

 


Dijelaskan Gus Yury—sapaan KH Ahmad Yury Alam Fathullah  yang menyelesaikan S1 dalam bidang tafsir di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, kegiatan pendidikan di pondok pesantren ini terbagi menjadi empat tahapan.

 


Pertama, al-Mubtadi; santri dibimbing menguasai 140 masalah agama dasar baik dari segi aqidah, fiqih ibadah, muamalah dan amaliyah harian sehingga para santri dapat beribadah dengan baik dan juga mampu memimpin doa, tahlil.’’Fase ini ditempuh dalam waktu paling lama 5 bulan,’’ tambah pria kelahiran Serang 1986 itu yang menyelesaikan S2 dan S3 di UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu.

 


Kedua, lanjut suami dari Ulfa Fauziyah itu, tsanawi. Tahapan ini para santri dibina untuk mampu berkomunikasi menggunakan 2 bahasa internasional; bahasa Arab dan Inggris. Fase ini diselesaikan santri dalam waktu 6 bulan.

 


Ketiga, aliyah; santri mempelajari kaidah ilmu nahwu dan sharaf serta dibimbing untuk dapat menerapkan kaidah yang dikuasai untuk membaca kitab kuning dengan baik. Fase ini diselesaikan dengan waktu 6 bulan.

 


’’Keempat, ulya. Para santri mendapatkan bimbingan ilmu-ilmu keagamaan baik dalam aqidah, Al-Qur’an, hadits, akhlaq, fiqih, usul fiqih, tajwid, tafsir, balaghah, mantiq, dan lain-lain,’’ ungkap bapak tiga anak itu.

 


Ke depan, lanjut wakil ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Banten itu, pihaknya ingin pesantren lebih maksimal dalam mengambil perannya dapat memberdayakan masyarakat sekitar. ’’Di antara fungsi pesantren, tempat pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan Masyarakat sekitar,’’ tegas pria yang mengenakan baju panjang warna putih dipadu sarung gelap dan peci hitam yang siang itu mengajak makan di warung yang jaraknya 5 kali tendangan bola dari pesantren sebelum NUOB  pamitan itu.

 


Selain itu, tambah pria yang aktif di sejumlah organisasi itu, ada program unggulan di Pesantren Nur El Falah. Di antaranya, para santri dites potensi menggunakan sidik jari dan akan diketahui dari hasil tes berupa potensi, cara belajar, keahlian bakat, dan lain lain.

 


”Para santri juga dibina untuk dapat menguasai komputer dan teknologi.  Pesantren memiliki kegiatan tahunan mendatangkan syekh dari Al-Azhar Mesir untuk membimbing para santri agar dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan pelatihan hafal Al-Qur’an tanpa menghafal,’’ ungkap pembina Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Serang tersebut sembari tersenyum.

 


Ke depan, lanjut pria yang juga ketua Ikatan Alumni Nahdlatul Ulama (IKANU) Mesir Banten itu, ingin pesantren bisa diakses semua umur dan kapan saja. ’’Yang ingin mengaji dalam waktu atau kondisi tertentu. Seperti di Jawa Timur ada kampung bahasa Inggris, itu banyak yang tinggal di kos untuk bisa belajar bahasa Inggris. Demikian di sini, bedanya tinggal di pesantren untuk belajar ilmu agama, misalnya saat liburan sekolah atau kuliah atau cuti kerja. Namanya mencari ilmu itu tidak pandang umur selama masih ada kemauan,’’ pungkasnya. (Ade Adiyansah)

 


Editor: M Izzul Mutho


Editor:

Pesantren Terbaru