• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 29 April 2024

Pesantren

Pondok Pesantren Tebuireng 08 Banten (1)

Sempat Tiga Kali Gagal, Niat Khidmat kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari

Sempat Tiga Kali Gagal, Niat Khidmat kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari
Pintu gerbang Pondok Pesantren Tebuireng 08 Banten di Petir, Kabupaten Serang. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)
Pintu gerbang Pondok Pesantren Tebuireng 08 Banten di Petir, Kabupaten Serang. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)

PESANTREN ini berada di ujung jalan. Dari jalan yang cukup dilewati dua kendaraan roda empat, harus masuk lagi ke jalan yang dicor yang hanya cukup satu kendaraan roda empat. Sebelum masuk ke jalan bercor itu, ada penanda sejenis gapura yang bertulis Pondok Pesantren Tebuireng 08. Untuk sampai ke pesantren, harus melalui jalan menurun dan menanjak. Tanjakan dan turunan yang lumayan siginifikan. Dari gapura penanda pesantren, ke lokasi sekitar 1 km.

 


Sebelum mencapai gerbang utama, ada pintu jaga. Posisinya di bagian bawah. Di sini, tamu ditanya oleh petugas. Setelah itu, harus menyusuri jalan menanjak lagi untuk sampai kantor pesantren. Satu area dengan rumah pengasuh. Juga tak jauh dari asrama santri. Bedanya, gedung yang ditempati santri, letaknya terpisah dan ada pintu gerbangnya.

 


NU Online Banten (NUOB) diminta menunggu sebentar di kantor pesantren sebelum ke rumah pengasuh, yang jaraknya selemparan batu. Tembok bangunan kantor yang digunakan juga sebagai tempat ngaji itu terbuat dari anyaman bambu. Di dindingnya selain ada jam juga kalender. Setidaknya ada tiga kain yang dibentangkan. Dua di antaranya adalah, satu berisi logo dan tulisan Pondok Pesantren Tebuireng 08 Banten Ladang Khidmatku, satunya lagi, di tengah dengan ukuran besar, lambang dan tulisan NU Harakah Ubudiyahku.

 


Meski siang terik, Rabu (9/8/2023), di dalam kantor tak terasa panas. Wajar, di sekeliling kantor, juga pesantren banyak pepohonan. Bahkan mulai masuk jalan bercor menuju ke pesantren, kiri dan kananya terlihat banyak pepohonan rindang.

 


Pondok Pesantren Tebuireng 08 Banten berada di Jalan Petir Cadasari Km 01, Gg Ki Buyut Arifin, Blok Cineke, Kampung Pabuaran, Sanding, Petir, Kabupaten Serang, Banten.’’Silakan,’’ ujar KH Ahmad Qizwini, pengasuh, saat melihat NUOB yang sebelumnya menunggu di kantor, masuk di rumahnya.

 


Bapak dua anak yang memang putra asli setempat itu, mulai cerita asal muasal berdirinya pesantren tersebut. ’’Saya dulu mondok di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Pesantren yang didirikan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama,’’ ujar kiai yang menimba ilmu selama 10 tahun di Tebuireng, Jombang, mulai 1980 itu.

 


Sebenarnya sepulang dari pesantren, Qizwini meneruskan mengajar ngaji di pesantren orang tuanya. Tak begitu jauh dari tempat tinggalnya saat ini. Pesantren murni, mengaji kitab kuning, tidak ada sekolah formalnya.  ’’Namanya Al Mubin. Ada diniyahnya juga. Majelis taklim juga,’’ imbuh kiai yang mengenakan baju koko lengan panjang warna abu-abu dipadu sarung warna dominan merah tua plus kopiah putih, itu.

 


Hanya, lanjutnya dengan sesekali tangan kanannya memegang batang rokok yang punya bungkus kuning itu, dalam perjalanannya, jumlah santrinya terus menyusut. Paralel dengan itu, orang tuanya punya tanah sekitar 8 ribu meter persegi. ’’Yang 5 ribu meter untuk saudara-saudara perempuan. Sedangkan yang 3 ribu meter milik saya. Yang 5 ribu meter akhirnya saya beli. Total ada 8 ribu meter,’’ ucapnya.

 


Ketika itu, belum ada niatan mau dibangun Pondok Pesantren Tebuireng 08 Banten. ’’Sebelum 2011, kendaraan tidak bisa sampai sini, karena tidak ada jalan. Sinergi dengan masyarakat, pada 2012, jalannya dikerasin, lebar 2 meteran. Sepanjang 986 meter. Setelah itu, mengurus jaringan listrik agar masuk. Banyak yang bertanya, tentu. Juga menanam pepohonan,’’ terang kiai yang pernah ngaji Pasaran/Posonan di Ploso, Jawa Timur dan ke KH Ali Maksum, Krapyak, Jogja, itu.

 


Pria yang sudah berkepala enam itu suatu ketika bertemu dengan sejumlah shabatnya, yang pernah ngaji di Tebuireng, Jombang. Di antaranya, H Bajuri. Sejumlah teman, mendorong mendirikan cabang Pondok Pesantren Tebuireng di Banten di lokasi baru tersebut .’’Saya masih berpikir. Apalagi sebelumnya pernah ada keinginan bersama sesama alumni, tapi urung terlaksana. Di tiga tempat di Banten, tapi gagal,’’ imbuhnya.

 


Namun, setelah beberapa kali diskusi, Kiai Qizwini akhirnya bulat. Bersama sekitar 40 rekannya yang pernah nyantri di Tebuireng, Jombang, sepakat mendirikan cabang Pondok Pesantren Tebuireng di Banten. Di antaranya H Bajuri. Juga H Taslim, BSD Tangerang Selatan.

 


’’Kami sowan Gus Sholah di Jombang (KH Salahuddin Wahid ketika itu sebagai pengasuh) pada Agustus 2016. Ketika itu sudah ada cabang 10. Tapi, saya matur ke Gus Sholah, minta nomor yang di bawah 10.  Ada cabang 8 di Sukabumi kabarnya butuh perhatian. Saya diminta komunikasi oleh Gus Sholah. Kebetulan saya kenal. Akhirnya saya minta nomor 8. Yang di Sukabumi, memang sebelumnya sudah punya pesantren peninggalan. Jadilah Pondok Pesantren Tebuireng 08 di Banten,’’ jelasnya sembari mengubah posisi kakinya.

 


Launching dilakukan pada Januari 2017. Tabarukan momentum haul Gus Dur, KH Abdurrahman Wahid, cucu hadratussyekh KH Hasyim As’ari. ’’Launching di sini. Semangat. Hadir Gus Sholah. Itu momentum haul Gus Dur ke-7. ’’Kemudian pada 18 April (21 Rajab) 2017, pesantren dibuka. Niat saya membuka cabang, bisa terus berkhidmat kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari,’’ terangnya serius. (Ade Adiyansah/M Izzul M/bersambung)


Editor:

Pesantren Terbaru