Singgih Aji Purnomo
Kolomnis
SANTRI sejak dulu dikenal sebagai generasi penerus yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki mentalitas pejuang yang tangguh. Lahirnya bangsa Indonesia juga tak luput dari peran santri. Kini, di tengah arus perkembangan zaman yang deras, terutama dengan adanya globalisasi dan kemajuan teknologi, santri masa depan dituntut untuk lebih berdaya juang. Bukan hanya terampil ilmu agama, tetapi juga dalam keterampilan sosial, teknologi, dan kepemimpinan.
Transformasi Peran Santri
Baca Juga
Santri, Pesantren, dan Banten
Dulu, peran santri kontras terbatas pada ranah keagamaan. Tidak lain dan tidak bukan sebagai agen dakwah yang fokus pada pembinaan akhlak dan spiritualitas masyarakat. Namun, di era digital dan globalisasi ini, santri harus mampu bertransformasi menjadi agen perubahan yang berkontribusi lebih luas. Tantangan yang dihadapi santri hari ini berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh generasi sebelumnya. Penguasaan teknologi, kemampuan berkomunikasi lintas budaya, dan keterampilan kepemimpinan menjadi kunci utama bagi santri dalam menjawab tantangan masa depan.
Ahmad Munir, seorang peneliti pendidikan pesantren berkata, “Santri masa depan harus mampu berpikir kritis dan kreatif, serta memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman, seperti literasi digital dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan teknologi.” Dengan kemampuan-kemampuan itu, peran santri tidak sebatas sebagai pemimpin spiritual tetapi juga sebagai inovator dan pelopor perubahan di berbagai bidang kehidupan.
Tantangan Globalisasi
Globalisasi hari ini membawa dampak besar dalam semua aspek kehidupan, termasuk di dalamnya pendidikan dan dunia keagamaan. Salah satu dampak paling menonjol adalah hilangnya batas-batas geografis dalam penyebaran informasi. Hal ini memberikan keuntungan sekaligus tantangan. Di satu sisi, santri memiliki akses yang lebih luas terhadap ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia. Di sisi lain, globalisasi juga membawa masuk ideologi-ideologi asing yang dapat merusak nilai-nilai agama dan kebangsaan. Santri perlu membentengi diri dengan keterampilan digital.
Santri masa depan perlu daya juang dalam menjaga nilai-nilai lokal dan keagamaan di tengah arus globalisasi. Hal lainnya, mampu memilah dan memilih informasi yang masuk, serta menjaga identitas mereka sebagai pemuda Islam yang berakhlakul karimah. Dr. Fahruddin Faiz, dosen filsafat Islam di UIN Sunan Kalijaga, bertutur, "santri harus tetap kuat dalam menjaga jati dirinya, namun pada saat yang sama terbuka terhadap perubahan dan perkembangan dunia."
Penguasaan Teknologi dan Literasi Digital
Urgensi lain yang harus dikuasai oleh santri masa depan yaitu teknologi dan literasi digital. Teknologi sudah menyasar semua aspek kehidupan, termasuk dalam dakwah dan pembelajaran agama. Jika santri tidak memiliki kemampuan dalam bidang ini, maka akan tertinggal jauh dan tidak mampu bersaing dalam dunia kerja maupun dunia pendidikan yang semakin digital.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional perlu beradaptasi dengan perubahan in, karena perubahan itu sendiri merupakan sebuah keniscayaan. Pengajaran berbasis teknologi, seperti e-learning, aplikasi islami, dan penggunaan media sosial untuk dakwah, adalah beberapa bentuk inovasi yang dapat dilakukan. Nurcholish Madjid, intelektual Muslim Indonesia, juga berujar, "santri harus bisa memanfaatkan teknologi dengan baik, bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen konten yang bermanfaat bagi umat."
Santri yang menguasai teknologi sama halnya dengan terampil mengupgrade potensi dirinya secara optimal. Santri mampu memproduksi konten-konten dakwah yang kreatif, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terbaru, dan berkontribusi lebih luas dalam dunia kerja yang semakin mengandalkan teknologi.
Urgensi Keterampilan Kepemimpinan
Keterampilan kepemimpinan adalah aspek lain yang harus diperkuat oleh santri masa depan. Santri tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu agama, tetapi juga harus mampu menjadi pemimpin yang mampu menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih baik. Di tengah kompleksitas tantangan zaman ini, santri harus memiliki kejelasan visi, mampu berkomunikasi dengan baik, dan mumpuni dalam keterampilan manajemen.
Keterampilan ini dapat diasah sejak dini melalui kegiatan-kegiatan organisasi di lingkungan pesantren. Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, pernah berkata, "Santri yang aktif dalam organisasi biasanya memiliki kemampuan kepemimpinan yang lebih baik, karena mereka belajar bagaimana mengelola tim, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.”
Moderasi Beragama sebagai Solusi Konflik
Di era globalisasi, santri masa depan perlu menerapkan moderasi beragama. Moderasi beragama berarti memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan sikap yang seimbang (tawassuth), tidak ekstrem ke kiri atau ke kanan. Dalam konteks Indonesia yang plural, sikap moderat sangat diperlukan guna menjaga kerukunan antarumat beragama dan mencegah terjadinya konflik.
Santri masa depan yang berdaya juang perlu kemampuan menjadi penjaga perdamaian dan agen moderasi. Dengan pemahaman agama yang mendalam serta sikap toleran, mereka dapat menjadi teladan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Hal ini tentu selaras dengan visi pemerintah dalam membangun karakter generasi muda yang toleran dan inklusif.
Santri masa depan sudah barang tentu memiliki daya juang yang kuat dalam menghadapi tantangan globalisasi dan teknologi. Para santri tidak hanya harus menguasai ilmu agama, tetapi juga harus memiliki keterampilan teknologi, kepemimpinan, dan literasi digital. Dengan demikian, santri dapat berperan lebih luas dalam membangun masyarakat yang lebih baik di masa depan. Moderasi beragama juga harus menjadi sangu (bekal) bagi santri dalam menghadapi perubahan zaman, sehingga mampu menjadi agen perdamaian dan penjaga nilai-nilai kebangsaan.
Selamat Hari Santri 2024 “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan.” Wallahu a‘lam bisshawab.
Singgih Aji Purnomo, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Amanah Al-Gontory, Jurnalis NUOB
Terpopuler
1
Buka LKD Fatayat NU Tangsel, Ini Pesan Ketua PCNU Tangsel
2
Bangun Kepekaan Sosial Mahasiswa melalui PKM
3
Dari Pertemuan Ini, Diingatkan untuk Senantiasa Menjadi Manusia Saleh-Bermanfaat
4
Ketua PW Fatayat NU Banten: Setelah Ikut LKD Jangan Menguap dan Hilang
5
Hal Negatif yang Dialami Jamaah di Tanah Suci Bukan Azab
6
Rais ‘Aam PBNU Ajak Ngenger, Ikuti Dakwah Wali Songo yang Santun-Menyejukkan
Terkini
Lihat Semua