• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 4 Mei 2024

Pesantren

Pondok Pesantren Darussalam Kalinangka, Barugbug, Padarincang (1)

Santri Putra Fokus Ngaji Kitab, Putri Menghafalkan Al-Qur’an

Santri Putra Fokus Ngaji Kitab, Putri Menghafalkan Al-Qur’an
Pondok Pesantren Darussalam Kalinangka, Barugbug, Padarincang, Kabupaten Serang. (Foto: NU Online Banten/Ade Adiyansah)
Pondok Pesantren Darussalam Kalinangka, Barugbug, Padarincang, Kabupaten Serang. (Foto: NU Online Banten/Ade Adiyansah)

AROMA persawahan kental dengan Pondok Pesantren Darussalam. Ya, lokasinya dekat dengan sawah. Untuk menuju lokasinya di Kalinangka, Barugbug, Padarincang, Kabupaten Serang, harus melalui jalan yang hanya muat satu mobil. Jalan itu mulus. Sepanjang jalan, sebagian melewati sejumlah rumah  warga dan sebagian persawahan di kiri dan kanan jalan.

’’Akang (KH Ahmad Rofiudin, pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Kalinangka) saat ini sedang menunaikan haji,’’ ujar Muhammad Ryan yang menemui NU Online Banten di teras rumah KH Ahmad Rofiudin di Kompleks Pondok Pesantren Darussalam, Kalinangka, Barugbug, Padarincang, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (1/7/2023).

Ryan merupakan wakil dari pengurus pesantren yang saat ini dihuni hampir 200 santri itu. Dijelaskan, pesantren didirikan sekitar 2007 oleh KH Ahmad Rofiudin. ’’Putra keenam KH Mufassir, Padarincang, dari delapan bersaudara,’’ ujarnya. Pesantren ini terletak di paling ujung jalan dari arah pesantren KH Mufassir.

Untuk santri laki-laki dititikberatkan pada ilmu alat dan kajian kitab kuning. Ini diasuh oleh  KH Ahmad Rofiudin dan saat ini dibantu oleh santri yang sudah lama tinggal alias senior. Sedangkan untuk santri perempuan dikhususkan untuk menghafal Al-Qur’an (tahfidz) yang diasuh oleh istri KH Ahmad Rofiudin, yang dulu ngaji di Cidahu, Rangkas, dan Pelamunan.

Kompleks santri putra di sisi depan, samping kanan, hingga belakang rumah KH Ahmad Rofiudin. Bentuknya sebagian ada yang permanen berupa bangunan bertembok, sebagian lagi berupa rumah panggung yang disebut kobong. Setiap kobong dan kamar jumlah santrinya, variatif. Adapun santri perempuan tinggal di bangunan permanen yang berada di sisi kanan rumah pengasuh.

’’Beberapa kitab yang diajarkan adalah Jurumiyah, Imrithi, Alfiyah, dan Jauhar Maknun. Juga Riyadul Badiah, Safinah, Sarah Sitin, Fathul Qarib, dan Fathul Mu'in. Santri juga diwajibkan menghafalkan nadhaman seperti Alfiyah,’’ ujar Ryan yang mengaku nyantri di Darussalam mulai 2014 itu.

Awalnya, lanjut Ryan, tidak ada model klasikal. Ngaji semua secara bersama kepada pengasuh. Namun, belakangan diadakan model klasikal. Di bagi tiga kelas atau tingkat. Ini untuk memudahkan belajar dan mengajar santri. ’’Ngaji bersamanya tetap ada,’’ imbuhnya.

Dijelaskan, ngaji mulai digelar selepas subuh. Sorogan, santri yang baru masuk atau junior mengaji sesuai pilihannya kepada santri senior. ’’Ada yang sorogan kitab, hafalan nadhaman, hingga Al-Qura’an. Ini yang putra,’’ tambahnya.

Setelah itu, mulai mengaji semua pada pukul 07.00 WIB  hingga 09.00 WIB bersama pengasuh. Selepas istirahat sejenak, dilanjut ngaji di kelas masing-masing. ’’Sesuai kelasnya, hingga pukul 12.00 WIB. Lalu istirahat, shalat dhuhur berjamaah dan makan siang. Dilanjut ngaji sorogan kitab atau Al-Qur'an lalu istirahat. Habis ashar setelah shalat berjamaah ada nderes, menghafal bersama-sama di koordinir oleh lurah kompleks pondok masing-masing, sampai menjelang magrib,’’ terangnya.

Setelah itu, mandi dan siap-siap shalat magrib berjamaah. Dilanjut sorogan Al-Qur’an sampai isya. Setelah shalat isya berjamaah dilanjut ngaji oleh pengasuh sampai hingga pukul sekitar 22.00. Baru istirahat. Bahkan belakangan, bagi santri senior yang sudah ikut membantu mengajar, ada tambahan ngaji oleh pengasuh hingga sekitar tengah malam.

’’Itu setiap hari, kecuali Kamis dan Jumat, libur. Santri putri kalau malam ikut ngaji kitab. Selebihnya fokus di Al-Qur’an. Kamis tidak full, karena pagi hingga siang ada pengajian ibu-ibu warga sekitar. Untuk Kamis malam, ada dzikir, baca Yasin, tahlil, dan, marhabanan. Ada juga muhadharahan. Latihan pidato untuk melatih mental. Jumat libur, setelah kerja bakti,’’ ungkap pria asal Cikande, Kabupaten Tangerang, itu. (bersambung)

Pewarta: Ade Adiyansah


Editor:

Pesantren Terbaru