• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Kebinekaan, Menjaga Harmoni Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Kebinekaan, Menjaga Harmoni Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Ilustrasi Foto, Banser Provinsi Banten. (Foto : Hamdan Suhaemi)
Ilustrasi Foto, Banser Provinsi Banten. (Foto : Hamdan Suhaemi)

Kebinekaan NKRI 

Aceh dikenal negeri Serambi Mekkah, orang-orang Aceh punya ciri khas watak, seni dan bahasa. Sikap tegas dan berprinsip yang dimiliki orang Aceh sudah dikenal luas. Sedangkan Sumatera Utara, orang-orang Batak yang memilki Marga dan Adatnya yang kaya, sementara suku Minang atau Padang yang mendiami Sumatera Barat telah dikuatkan oleh adat bersandi agama dan agama bersandi kitabulloh. Dari Riau, Bengkulu, Jambi, Palembang dan Bangka Belitung meski kental dengan Melayu, namun seni budaya, karakter dan bahasanya berbeda pula. Orang Lampung pun memiliki kekayaan akan adat, tradisi, dan budayanya. Begitu juga daerah Tulang Bawang dan Semangka yang menjadi basis komoditas lada Nusantara.

 

Sejak VOC Belanda menjajah dan berpusat di Batavia, kultur suku Betawi di Jakarta tak berubah hingga sekarang, meski ada akulturasi antara penduduk asli dan beberapa suku-suku lainnya dari seluruh Nusantara. Jakarta, menjadi magnet dari harapan orang-orang yang berasal dari seluruh Indonesia. Orang Banten yang punya beberapa tipikal kedaerahan, tentu juga membedakan dengan orang Banten lainnya, dari Tangerang, adat dan tradisinya berbeda dengan orang Banten yang ada di Serang dan Cilegon. Begitupun dengan orang Banten yang ada di daerah Pandeglang dan Lebak. 

 

Orang Bogor (Buitenzorg) dan segala keramah-tamahannya, hampir sama karaketristiknya dengan suku Pasundan lainnya seperti orang Bandung, Cimahi, Karawang, Bekasi, Subang, Purwakarta, Cianjur, Sukabumi, Garut, Ciamis, Kuningan, Cirebon hingga Indramayu. Mereka bangsa Indonesia yang hidup sejak ratusan tahun lalu, beranak pinak, berbahasa sendiri dan punya adatnya sendiri. Bangsa-bangsa yang mendiami wilayah Jawa bagian Barat.

 

Suku Jawa, yang mendiami beberapa daerah seperti Demak, Semarang, Pekalongan yang punya tipikal kultur Jawa pesisiran nan eksotis. Berbeda dengan masyarakat Jawa Jogja, Surakarta (Solo), Magelang yang kental dengan kebudayaan keraton begitu harmoni dalam kehidupannya yang pluralistik. Lasem yang punya ciri pecinan yang khas. Rembang, Sarang dan Tuban, Kudus menjadi ciri kuat spiritualitas budaya Jawa yang hidup.

 

Surabaya, satu diantara daerah Jawatimuran yang sangat hidup, baik aktivitas politiknya, budayanya, ekonominya, dan tentu saja pendidikannya. Sebagai pusat dari Pulau Jawa bagian Timur menjadi penanda dari daerah lainnya seperti Jombang yang legendaris (melahirkan banyak figur-figur legendaris), Madiun yang bersejarah, Ponorogo yang mengawali model pendidikan modern, hingga Ngawi, Giri, Bojonegoro, Gersik, Lumajang sebagai basis dari spiritualitas Islam Jawa. Jawa Timur yang paling timur seperti Jember,  Pasuruan, Bangil, dan Banyuwangi yang dikenal dengan wilayah Tapal Kuda. Daerah inipun sangat dinamis, kaya akan kebudayaannya yang estetis.

 

Madura, pulau dari Jawa yang punya karakter unik, berkarakter egaliter dan kental nuansa pesisiran. Bali, dengan kekhasannya menjadi sebuah daerah destinasi seluruh bangsa di dunia. Karakter dan kultur Bali seperti wajah asli Indonesia yang sopan, guyub, damai, agamis, selalu bergotong royong, saling sapa, saling asah, asih dan asuh dengan tetap mempertahankan tradisi leluhur yang adiluhung. Bali dan Nusa Tenggara Barat seperti negeri yang tercipta indah dari alam hingga kebudayaannya.

 

Nusa Tenggara Timur, satu wilayah bagian timur Indonesia yang menyimpan jejak sejarah, seperti Flores yang menjadi saksi derap langkah lahirnya ideologi negara (NKRI). Dari titik itulah dasar negara dicurahkan.

 

Kalimantan, adalah takdir Tuhan sebagai wilayah yang sangat luas diantara wilayah Nusantara lainnya. Kekayaan alam, kekayaan suku, bahasa, adat, watak dan budaya Kalimantan yang heterogen. Pulau yang luas dengan masing-masing provinsinya seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tenggara adalah kekayaan Indonesia yang tak ada bandinganya dengan negara lainnya.

 
Sulawesi, adalah berkah Tuhan sebagai negeri yang mempunyai produktivitas kemaritiman, ekonomi maritim menjadi penanda akan ciri khas wilayah ini. Sulawesi Selatan dengan suku Bugisnya adalah suku yang hebat, pemberani, dan juga suku pelaut yang perkasa. Sulawesi Utara dengan daerah Manado yang kental blasteran dan melankolisnya, dari sinilah tokoh-tokoh seni, tokoh film bermunculan.

 

Maluku, negeri pelagandong (filosofi kerukunan) adalah karunia Tuhan yang maha kuasa, dari tanah ini banyak tokoh-tokoh politik, penyanyi dan seniman, pemain bola dan orang-orang pintar (profesional dan birokrat). Di Maluku inilah yang dikenal sebagai negeri indah, kultur yang eksotis, yang diperebutkan oleh tiga negara penjajah (Inggris, Belanda, dan Sepanyol). Karena Maluku menyimpan banyak Lada, Pala, Cengkih kualitas dunia hingga terkenal di Venesia, Lisbon dan Amsterdam hingga Manchester. Komoditas yang langka di Eropa akibat terputusnya jalur niaga Eropa-Asia, sejak penaklukan Konstantinopel tahun 1435 M oleh Sultan Muhammad al-Fatih (Sultan Mehmed) dari Kesultanan Turky Utsmani.

 

Papua, wilayah luas dari bagian timurnya Indonesia ini adalah kekayaan Indonesia yang lengkap. Banyak suku, bahasa, adat istiadat, kepercayaan. Dari tanah Papua pula lah kita melihat Indonesia yang sesungguhnya. Bentangan luas yang di dalamnya mengandung sumberdaya yang banyak dan kaya, juga ditopang oleh keindahan alamnya yang masih original, seperti Raja Ampat dan beberapa destinasi wisata alam yang indah lainnya. Di bumi Cendrawasih inilah jutaan kandungan emas menjadi terkenal ke seantero dunia hingga negara kita dikenal sebagai negeri yang kaya.

 

Dari Sabang sampai Merauke, menjadi gambaran sebuah bentangan negeri yang indah, kaya, harmoni dan bersatu dalam damai. Banyak agama dan keyakinan adalah perbedaan yang menyatukan. Banyak bahasa, adat istiadat, karakter adalah perbedaan yang menyamakan satu sama lainnya sebagai bangsa Indonesia yang telah berkomitmen satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa yakni Indonesia Satu. Kemudian telah menguatkan dengan konsensus nasional sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menuju Darussalam (negeri kedamian) yang Tuhan berkati menjadi negeri Baldatun Toyyibatun Wa Robbun Gofur.

 

Pancasila dan Konsensus Nasional

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Negara manapun pasti punya dasar negara. Demikian juga negara kita. Dasar atau pondasi itu yang akan menjadi pijakan untuk pembangunan berikutnya. Dengan memiliki dasar negara, maka kita pun menjadi jelas mau mengarahkan kemana gerak negara ini. Sebagai dasar negara, Pancasila juga menjadi sumber dari segala sumber hukum. Dengan begitu, peraturan hukum apapun yang dibuat tak boleh bertentangan dengan Pancasila. Ia juga adalah sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan bangsa. 

 

Sila-sila dari pancasila ini bersumber dari nilai dan budaya bangsa Indonesia. Dengan memiliki pedoman hidup seperti ini, diharapkan nilai-nilai asli bangsa Indonesia akan tetap terjaga dan tidak tercerbaut dari akarnya. Nilai-nilai luhur yang terdapat pada Pancasila ini diharapkan bisa menjadi pedoman dalam menjalani hidup sehari-hari. Baik untuk hubungan dengan lingkungan sekitar, bermasyarakat, maupun dengan Tuhan Yang Maha Esa.

 

Pancasila sebagai sumber hukum bernegara. Semua peraturan maupun hukum yang dibuat haruslah bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Dengan demikian, semua penyelenggara memiliki pandangan yang sama mengenai acuan sumber pembuatan aturan tersebut. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa, seperti dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945, tujuan bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, baik secara materiil maupun spiritual berdasar Pancasila. Itulah gambaran masyakarat Indonesia ideal yang terus kita kejar dan coba wujudkan.

 

Menjaga Harmoni

Prinsip orang Indonesia seperti ungkapan “kita orang timur, maka bertahanlah pada ketimurannya itu“. Dan seperti ungkapan “biar hujan duit di negeri orang tapi lebih baik hujan batu di negeri sendiri“. Kemudian ungakapan berikutnya “dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas hingga pulau Rote, biar kita berbeda-beda namun kita tetap satu jua“. Kemudian ada pendapat ulama “Hubbul Wathon Minal Iman“ (cinta tanah air sebagian dari iman). Ungkapan-ungkapan itu memiliki kekuatan pengikatnya karena berasal dari jiwa yang merasakan hal yang sama, satu tekad, satu tujuan.

 

Ada perasaan yang sama di jiwa seluruh anak bangsa, yakni ingin dihargai, ingin dihormati, ingin dikasihi, ingin diperhatikan. Konteksnya kehidupan berbangsa dan bernegara itu tentu ada yang mengikat semuanya, apa itu? Jiwa Nusantara, menjadi kesamaan seluruh penduduk yang mendiami Nusantara, jiwa persatuan, jiwa persaudaraan, jiwa persamaan. Ini yang sebenarnya kekuatan hebat (big power) yang dimiliki bangsa ini. Untuk mengikatnya menggunakan pengikat titik temu (Kalimatun Sawa’), dan titik temu itu adalah PANCASILA.

 

 

Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten
 


Editor:

Opini Terbaru