Karamah Itu Wilayah Khusus
MEMBEDAH karamah dengan analisa logika, bisa jadi tidak nyambung. Sebab khariqul adat, ya memang di luar akal sehat manusia. Tetapi karunia Allah melampaui batas-batas akal manusia. Bukankah pula akal pikiran manusia juga adalah fadlal dari-Nya. Tentu berjalan beriringan tidak saling menyalahkan, tetapi ada satu titik yang mempertemukan itu, yaitu kewajaran sebagai hamba Allah yang terbatas.
Membaca definisi Imam al-Jurjani saja kita sudah bisa sedikit memahami bahwa karamah itu perkara di luar adat selain dari tugas kenabian seorang Nabi dan masih dibarengi iman dan amal saleh.
الكرامة هي ظهور أمر خارق للعادة من قبل شخص غير مقارن لدعوى النبوة و ما يكون مقرونا بالإيمان و العمل الصالح فما لا يكون مقرونا بالإيمان و العمل الصالح يكون استدراجا
Mari kita perhatikan penjelasan Imam al-Barizi dalam kitabnya Tautsiq 'aro al-Imani.
انها ( كرامات الأولياء) أمور ممكنة لا يلزم من وقوعها محال و كل ما كان هذا شأنه فهو جائز الوقوع
Sesungguhnya karamahnya wali Allah itu perkara mungkin, yang terjadinya itu tidak ditetapkan sebagai yang mustahil dan setiap apa yang dilakukannya adalah biasa terjadi.
Jika saja dianalisa dengan kewajaran bahwa kemungkin-kemungkinan selalu berhadapan dengan ketidakmungkinan, jadi tidak ada sesuatu selalu mungkin atau tidak ada sesuatu selalu tidak mungkin, kedua keadaan itu saling mengimbangi eksistensial manusia di mana pun.
Saya tertarik pemikiran Syekh Ahmad Ibnu Athoillah al-Iskandari dalam kitabnya, Hikam.
العارفون إذا بسطوا اخوف منهم إذا قبضوا ولا يقف على حدود الأدب في البسط الا قليل
Artinya: ’’Para arif billah (yang mengenali Allah ) itu lebih khawatir ketika diberi kelapangan daripada ketika diberikan kesempitan karena yang bisa menjaga adab saat berada dalam kelapangan hanyalah sedikit.’’
Penjelasan Syekh Ibnu Athoillah di atas menjadi pengingat bahwa tidak ada yang perlu diungkapkan dari apa yang diberikan Allah. Apalagi karamah itu wilayah khusus.
Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten
Daftar Pustaka: Al-Jurjani, Al-Tarifat, (Jakarta: Darul Hikmah, 2016); Al-Iskandari, Ibnu Athoillah, Hikam, (Turos: Jaksel 2013); Al-Barizi, Tautsiq 'Aro al-Imani
