Muhammad Hanifuddin
Kolomnis
NGAJI kitab kuning per kata, adalah metode pesantren. Meneliti adalah metode belajar di kampus. Keduanya memiliki kelebihan. Meskipun tidak luput dari keterbatasan. Kami mencoba menyandingkannya. Mengambil kekuatan masing-masing. 14 hari berturut-turut. 6-21 Desember 2024. Selepas jamaah Shubuh. 90 menit tiap pertemuan. Peserta antusias. Tidak mengantuk. Diikuti oleh 35 mahasantri Darus-Sunnah Jakarta. Putra dan putri.
Sebelum masuk kelas, masing-masing peserta wajib membaca Kitab Taisir karya Mahmud Thahan. Satu hari, satu tema. Lantas meresume-nya. Dikumpulkan di Google drive bersama. Saling pantau. Tidak ada kelas bagi yang tidak membaca dan menulis ringkasan. Harapannya, tiap peserta sudah memiliki penguasaan 40 persen dari materi yang akan dikaji dan diteliti di kelas.
Baca Juga
Imam al-Suyuthi dan Hadits Mutawatir
Setelah lalaran (hafalan bareng-bareng) Nadhom al-Baiquniyyah, kelas dimulai. 2-3 mahasantri presentasi. 10-15 menit. Membaca Kitab Taisir, menjelaskan, dan memberikan contoh sederhana. Ada 12 tema yang kami pilih. Di antaranya adalah mutawatir-ahad, shahih dan hasan li ghairihi, mu'allaq dan muballaghat, mauquf, maqthu', riwayatul aba' anilabna', riwayatul aqran dan al-mudabbaj, riwayatul akabir anilashaghir, dan lainnya.
Setelah presentasi, disusul diskusi singkat. Fokus pada pemahaman konsep dan istilah kunci. Sesi ini 10-15 menit. Dirasa semua peserta sudah satu pemahaman, dilanjut pendalaman. 30 menit berikutnya, meneliti penerapan konsep dan istilah di atas di kutubussittah (Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasai, dan Sunan Ibni Majah). Sesekali, kami bandingkan dengan sebaran di kitab non-kutubussittah.
30 menit terakhir, masing-masing perserta sharing temuannya. Semisal, data sanad Sayyidah Aisyah (58 H) meriwayatkan hadits dari Sayyidina Abu Hurairah (59 H), pun sebaliknya. Juga data sanad Imam Ibnu Syihab al-Zuhri (123 H) meriwayatkan dari Sayyidina Umam bin Abdul Aziz (101 H). Sebaran sanad ini ada di kutubussittah dan non-kutubussittah. Temuan ini disebut sebagai al-mudabbaj. Perawi segenerasi saling meriwayatkan hadits.
Tentu ini baru satu tema, masih ada 11 tema lainnya. Selain itu, di awal dan di akhir, juga diadakan pre-test dan post-test.
Lantas tertarikah Anda?
Kiai Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Ma’had Darus-Sunnah Jakarta
Terpopuler
1
Perang Iran-Israel, PBNU Desak Genjatan Senjata Segera
2
AKN NU Membangun Kader dengan Jiwa Petarung
3
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
4
Sopian Terpilih sebagai Ketua PAC Ansor Banjarsari, Baehaqi Jadi Nakhoda Malingping
5
AKN NU sebagai Ikhtiar Lahirkan Pemimpin NU Masa Depan
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua